Senin, 16 September 2024
25 C
Surabaya
More
    OpiniTajukKhofifah dan Kekuatan Gubernur Jawa di Pilpres 2024

    Khofifah dan Kekuatan Gubernur Jawa di Pilpres 2024

    Oleh : Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi WartaTransparansi

    Pemilihan Presiden memang masih 3 tahun lagi, pada tahun 2024, dengan model bersamaan dengan DPD RI dan DPR RI, atau model lain.

    Tetapi setelah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, publik masih meraba-raba siapa calon Presiden dan Wakil Presiden paling tepat serta mendapat dukungan publik.

    Tentu saja, bukan karena Khofifah Indar Parawansa merupakan satu-satunya Gubernur perempuan di tanah Jawa saat ini, juga pernah menduduki jabatan sebagai menteri dua kali di era Presiden berbeda.

    Tetapi kekuatan Khofifah sebagai Gubernur Jawa Timur, ibarat tanaman terus memanen prestasi demi prestasi karena mampu mengorkestrakan kemajemukan organisasi perangkat daerah (OPD) hingga mampu menata dan menjaga suasana menjadi tetap bersahaja.

    Selain itu, sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Muslimat Nahdaltul Ulama (PB Muslimat NU), begitu mengakar dan mempunyai pendukung fanatik. Jika diminta memberikan dukungan pada Pilpres langsung mengusung seluruh keluarga akan mendukung.

    Ditambah nilai plus selama menjadi menteri dan sekarang memimpin Pemprov Jatim, sudah bukan rahasia umum mampu merangkul banyak pihak, termasuk kalangan di luar pagar komunitas Nahdliyin.

    Bahkan, Khofifah ketika menerima kedatangan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Anies Baswedan, dalam program bersama penguatan petani di Ngawi dan jaminan beras dikirim ke Jakarta, sudah diramal merupakan penjajakan kekuatan berpasangan pada Pilpres 2024.

    Sementara DPD Golkar Jatim tiba-tiba menghembuskan usulan nama Ketua Golkar Airlangga Hartarto sebagai Capres. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut dipasangkan dengan Gubernur Jawa   Khofifah Indar Parawansa sebagai Cawapres.

    Dr Surokim Abdussalam, pengamat politik dari Surabaya Survey Center (SSC), kepada WartaTransparansi.com, Kamis (29/4/2021), menilai bahwa melempar dua nama itu, merupakan langkah cerdas

    Kecerdasan itu, karena walaupun masih jauh, tetapi Golkar cukup piawai sebagai parpol pertama atau mendahului partai-partai lainnya. Karena, biasanya pengusung pertama itulah yang selalu diingat publik.

    Apalagi masih banyak waktu untuk melakukan komunikasi dan koalisi dengan parpol lain. Hitung-hitung sebagai warming up. Tapi tentu saja masih menghitung kekuatan Gubenrur di tanah Jawa dengan trend juga sedang dicalon seperti Ganjar Prabowo (Gubernur Jawa Tengah) dan Anies Baswedan.

    Pengamatan Surokim yang juga menjabat Dekan FISIP Universitas Trunojoyo, tentu masih membutuhkan keputusan politik Khofifah dan gubernur di tanah Jawa yang sekarang juga mendapat dukungan dari banyak pihak. Tetapi setelah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo naik menjadi Presiden RI, apakah berikutnya kembali tanah Jawa menunggu tra dari gubernur di tanah Jawa. (*)

    COPYRIGHT © 2021 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan