Tajuk  

Prestasi Ilmuwan Perempuan Adi Utarini & Tri Mumpuni Kado Hari Ibu

Prestasi Ilmuwan Perempuan Adi Utarini & Tri Mumpuni Kado Hari Ibu
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Tri Mumpuni termasuk 22 Most Influential Muslim Scientists dalam daftar The 500 Most Influential Muslims yang diterbitkan Royal Islamic Strategic Studies Centre.

Atas prestasinya, nama Tri Mumpuni bahkan pernah disebut khusus oleh mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dalam pertemuan para wirausaha dari negara-negara muslim yang bertajuk Presidential Summit on Entrepreneurship pada tahun 2010. LaNyalla menilai, prestasi Tri Mumpuni dan Prof Adi Utarini menjadi kebanggaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Indonesia patut berbangga karena memiliki dua Srikandi yang sangat berprestasi seperti Ibu Adi Utarini dan Ibu Tri Mumpuni ini. Pengakuan dunia terhadap prestasi keduanya merupakan kabar gembira di tengah pandemi Corona.

Keduanya bisa menjadi teladan karena membuktikan perempuan tidak kalah dari pria dalam hal dunia ilmu pengetahuan.

LaNyalla pun berharap agar prestasi Prof Adi Utarini dan Tri Mumpuni diikuti oleh generasi-generasi selanjutnya. Menurutnya, sumbangsih dua perempuan hebat Indonesia tersebut harus menjadi teladan dan inspirasi bagi generasi milenial Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Presiden Jokowi.

Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928.

Kongres ini diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran, ayang kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta. Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra. Di Indonesia, organisasi wanita telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita Indonesia pada abad ke-19 seperti Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dan sebagainya.[5] Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan.

Indonesia juga merayakan Hari Kartini pada 21 April, untuk mengenang aktivis wanita Raden Ajeng Kartini. Ini merupakan perayaan terhadap emansipasi perempuan.

Peringatan tanggal ini diresmikan pada Kongres Perempuan Indonesia tahun 1938 Pada saat Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai pahlawan nasional emansipasi wanita dan hari lahir Kartini sebagai memperingati hari emansipasi wanita nasional. Tetapi banyak warga Indonesia yang memprotes dengan berbagai alasan, di antaranya Kartini hanya berjuang di Jepara dan Rembang, Kartini lebih pro-Belanda daripada tokoh wanita seperti Cut Nyak Dien, dll. Karena Soekarno sudah terlanjur menetapkan Hari Kartini maka Soekarno berpikir bagaimana cara memperingati pahlawan wanita selain Kartini seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dll. Akhirnya Soekarno memutuskan membuat Hari Ibu Nasional sebagai hari mengenang pahlawan wanita alias pahlawan kaum ibu-ibu dan seluruh warga Indonesia menyetujuinya

Sementara di Amerika dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, Hari Ibu atau Mother’s Day (dalam bahasa Inggris) dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day diperingati setiap tanggal 8 Maret.

Hari Ibu di Amerika Serikat dirayakan pertama kali pada tahun 1908, ketika Anna Jarvis mengadakan peringatan atas kematian ibunya di Grafton, West Virginia.

Pada tahun 1908, Kongres Amerika Serikat menolak proposal untuk menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur nasional. Pada tahun 1911, seluruh negara bagian di Amerika Serikat menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur.

Pada tahun 1914, Woodrow Wilson menandatangani deklarasi untuk menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur nasional.

Hari Ibu hendaknya dimaknai sebagai peningkatan kualitas perempuan dalam bersosial dengan berbagai komunitas. Hari Ibu jauh hebat lagi jika para ilmuwan perempuan Indonesia menciptakan atau menemukan berbagai model untuk mengendalikan pendidikan budi pekerti berbasis teknologi.

Paling tidak, berbagai penemuan ilmuwan perempuan Indonesia dapat bermanfaat mengurangi maniak Games bagi anak-anak dan penyebaran informasi hoaxs. Sehingga informasi dan pendidikan anak terselamatkan. Karena hakikinya ibu (perempuan) adalah madrasah (sekolah) bagi anak dunia dan anak bangsa. (*)