banner 728x90

Menandai Musibah Merawati Hati

Menandai Musibah Merawati Hati

Oleh Dr. H. M. Mudjib Musta’in, S.H.,M.Si

Entah bosan atawa tidak kita mendengar berita tentang Covid. Faktanya tanpa kita minta ternyata Covid kerasan pelesiran di Indoensia. Ada yang takut, stress, galau bahkan egois ingin aman dan selamat. Ada juga yang tenang, tawakal dan santai. Apapun keadaan masyarakat Pemerintah tetap membuat himbauan agar masyarakat taat protokoler tetap bermasker, tetap jaga jarak fisik, tetap sering cuci tangan.

Dan, sekarang sudah tidak diperlukan lagi rapid test buat perjalanan laut darat dan udara. Sudah ada pelonggaran menuju kenormalan meski agak terasa setengah hati. Apakah himbauan pemerintah cespleng dan andai kita taat melaksanakan kita akan lepas bebas dari wabah yang telah membersamai ketakutan kita selama ini?

Sampai saat ini, musibah ini belum ada yang mengatakan selesai. Saya yakin jika Allah berkehendak musibah ini selesai maka yakin selesai. Namun selesai apa tidak tetap saja ada banyak hikmah dan pembelajaran dari musibah ini. Bagi saya hikmah yang saya rasakan adalah semakin harus bisa olah rasa hati lebih mendalam, bukan hanya olah otak semata.

Dalam perjalanan hidup kita menuju Allah meluber kejadian di dunia ini yang bisa dijadikan sebagai pelajaran hikmah, sebagai tanda agar kita cepat sadar diri dan luluh hati. Akhirnya menjadi dekat dengan Allah.
Umpamane?

Mantapkan Hati
Ada yang krenteg dalam hati dan bertanya mengapa ada wabah, mengapa Tuhan membuat susah, membuat sengsara bahkan membuat manusia tambah suntuk? Kita jangan lupa bahwa sesungguhnya semua musibah yang terjadi di bumi ini Allah pasti pirso.

Artinya: “Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. 64:11)
Gustialah tidak butuh apapun. Kita yang butuh pada-Nya. Sebisanya kita selalu berusaha dengan cara yang baik dan benar agar bisa sampai pada-Nya. Untuk bisa sampai pada-Nya harus lebih melatih menggunakan rasa, menggunakan hati.

Kutipan ayat ada kata artinya adalah hati (Hatta, Ahmad. 2010). Hati ini memiliki peran penting sebagia sub penghubung dengan organ-organ tubuh manusia. Hati adalah pengendali terdepan yang setiap anggota tubuh berada di bawah kekuasaannya.
Nabi saw bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim).

Pengelompokan Hati Manusia
Hawwa Said (2006:118) Hati manusia yang sederhana terbagi menjadi tiga:
Pertama. Qalbun Shahih.
Hati yang sehat dan bersih dari setiap nafsu, hati yang taat, hati yang tidak pernah menentang perintah Allah.
Ciri-ciri Qalbun Shahih.
Apabila hati pergi meninggalkan dunia menuju alam akhirat.
Jika tidak berwirid atau melakukan peribadatan lain, hati berasa sakit nyeri dan gundah gulana. Melebihi sakitnya orang yang tamak dan kikir saat kehilangan barang kesayangan.
Hati senantiasa rindu untuk dapat mengabdikan diri di jalan Allah. Yahya bin Mu’adz berkata: “Barangsiapa yang merasa berkhidmat kepada Allah, maka segalasesuatupun akan senang berkhidmat kepadanya, dan barang siapa tenteram dan puas dengan Allah maka orang lain tenteram pula ketika melihat dirinya”.
Tujuan hidup hanya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bila sedang sholat sirnalah semua kegundahan dan kesusahan.
Menghargai waktu melebihi rasa kekhawatiran orang bakhil dalam menjaga harta.
Tidak pernah lelah mengingat Allah. Di saat susah maupun bahagia.

Kedua. Qalbun Mayyit
Hati mati merupakan hati yang tidak pernah mau mengenal Allah. Hati jenis ini jika diseru, dinasehati agar ingat kepada Allah selalu menolak, melawan bahkan berontak. Penolakan bisa terlihat dari ucapan, mimik wajah dan gerakan tubuh sehingga pemilik hati ini ketika diajak pada kebaikan tidak pernah mau. Allah akan membiarkan mereka dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan cahaya iman (baca al- Baqarah:17-18). Ciri-ciri hati mati adalah kebalikan dari 7 ciri pada hati yang sehat.