Saat ini, pasokan bahan baku singkong yang diolah mencapai 6 sampai 8 ton per hari. Sementara sebelum Pandemi Covid-19, ia bisa mengolah sekitar 10 ton hingga 12 ton per hari. Dari bahan baku tersebut ia berhasil memproduksi sekitar 3 ribu bungkus kripik singkong per hari.
Kripik singkong itu dipasarkan di toko dan di pasar tradisional. Sementara pemasaran di ritel modern, ia mengaku masih terbatas di satu ritel saja, yaitu Indomart. Pasokan itu pun belum seluruh Jatim, tetapi masih terbatas untuk wilayah Surabaya, Mojokerto dan Malang.
“Dalam satu kali pengiriman ke Indomart, saya biasanya bisa kirim sekitar 20 dos. Satu dos berisi 26 bungkus dan harga perbungkus sekitar Rp 20 ribu. Dengan skema pembayaran beli putus. Saat order dibayar separo dan setelah dikirim dilunasi sisianya,” terang Sucipto.
Ia berharap, ada lembaga atau instansi yang bisa memberikan pelatihan peningkatan kualitas produksi kripik singkong miliknya agar lebih efisein dari segi biaya. Serta perbaikan kemasan hingga manajemen serta perluasan jaringan pasar.
Di tempat yang sama, ketua umum KADIN Kabupaten Malang, Priyo Sudibyo yang ikut mendampingi Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengatakan siap membantu membuka jaringan market dan memfasilitasi pelatihan kemasan dengan standar ekspor serta pelatihan cara mempersiapkan dokumen-dokumen ekspor. (jt)