Jatim Tertinggi Nakes Meninggal Karena Covid-19, Pola Penanganan Harus Dirubah

Jatim Tertinggi Nakes Meninggal Karena Covid-19, Pola Penanganan Harus Dirubah
dr Joni Wahyuhadi (depan)Kepala Rumun Satgas Covid-19 Pemprov Jatim 

Padahal, angka kasus orang tanpa gejala (OTG) sangat tinggi. “Artinya dimanapun harus menegakkan protokol kesehatan, karena banyak dokter praktek yang ignore,” ujarnya.

Di sisi lain, Joni mengaku, tak sedikit pula dokter yang meninggal karena penyakit penyerta. “Tempat praktek harus jadi fokus karena 28 persen dan akan disupervisi oleh IDI agar nakes tempat praktek mendapat proteksi. Kemudian dokter komorbit harus tahu diri, proteksi harus ketat, dan rutin cek,” imbuhnya.

Khusus di RS, Joni meminta kepada para dokter untuk membuat ruang-ruang khusus penanganan Covid-19. Ia mencontohkan di RSUD Dr Soetomo ada UGD untuk umum, kemudian UGD khusus Covid-19, dan ruang penapisan.

“Dengan ini, maka tidak akan ada penularan dan memunculkan klaster rumah sakit,” tandas pria yang juga Dirut RSUD Dr Soetomo ini.

Rinciannya:

  1. Praktik pribadi 7 kasus setara 26 persen
  2. Puskesmas 6 dokter setara 22,2 persen,
  3. Dokter spesialis lima kasus setara 18,5 persen,
  4. Dokter UGD 4kasus setara 14,8 persen,
  5. Tidak praktik tiga kasus setara 11,1 persen,
  6. Dua (2) kasus PPDS setara 7,4 persen. (fir/min)