Mujiaman berharap pasar-pasar dibangun dan ditata yang rapi, tersedia lahan untuk parkir, sehingga pedagang maupun pembeli sama-sama merasakan nyaman.
Bahkan, katanya, dari berbagai kunjungan di Pasar seperti di Pasar Dukuh Pakis, Pasar Banyuurip dan pasar lainnya, perlu ada perubahan untuk mengembangkan pasar dan benar-benar menjadi roda perekonomian masyarakat Surabaya.
“Berhari-hari kita mengunjungi pasar, bahwa pasar perlu diprioritaskan. Hampir seluruh pasar kondisinya mati seperti ini. Ternyata di luar bludak. Tapi orang-orang yang punya hak, malah tidak bisa berjualan di dalam,” kata Mujiaman.
“Ini kondisi riil, saya bisa katakan semua pasar yang saya kunjungi kondisinya sama seperti ini. Jadi begitu diberi kepercayaan melayani masyarakat, insyaAllah pasar kita utamakan, kita harus bangun. Surabaya jadi pasare rapi, nyambut gawene rakyat itu kebanyakan di pasar. Baik pedagangnya, pembelinya, semuanya makan di sini,” tuturnya.
Menurutnya, membangun pasar untuk penghidupan masyarakat sebenarnya bisa dilakukan.
“Nek mbangun akeh carane. Nek nggak gelem mbangun akeh alasane. (kalau membangun itu banyak caranya. Kalau tidak membangun itu banyak alasannya). Pasar harus menjadi tempat perekonomian masyarakat,” terangnya.
Mujiaman bertekad menjadikan pasar sebagai tempat piknik nyaman bagi keluarga. Harus ada pasar di setiap kelurahan bahkan kampung.
“Siapa yang membangun pasar nyaman itu, Pemerintah. Harus ada terobosan. Saya berkeyakinan tidak ada yang tidak bisa dengan kekuatan APBD besar seperti Surabaya,” kata pria cerdas ini.
Ia menegaskan kembali, jangan sampai persoalan pasar menjadi persoalan kota.
“Jangan sampai persoalan kecil pasar menjadi persoalan kota. Kalau pasar dibangun lebih bagus semua bisa diatur. Yang juga harus Diperhatikan, jangan sampai sampai warga tak jualan barang sehari pun,” jelasnya. (guh)