Bertemakan “Diplomasi Parlemen untuk Mewujudkan Komunitas ASEAN yang Kohesif dan Responsif”, sejumlah hal lain yang turut menjadi perhatian Delegasi Indonesia yakni terkait perlindungan terhadap pengungsi Rohingya dan mendorong terciptanya perdamaian di kawasan Laut China Selatan (LCS).
Keduanya menjadi isu yang tak kalah penting. Meski fokus dan perhatian semua negara tercurah pada penanggulangan pandemi Covid-19, penegakan prinsip kemanusiaan dan terwujudnya stabilitas politik dan keamanan di kawasan tak boleh dikesampingkan.
“Kita raise issue mengenai Laut China Selatan, kemudian masalah pengungsi Rohingya yang menjadi bahasan-bahasan dan mudah-mudahan nanti dalam implementasi dari pertemuan AIPA ini, nantinya akan bisa diimplementasikan bagi setiap negara anggota. DPR sendiri mengapresiasi Majelis Nasional Vietnam yang telah menjadi tuan rumah pelaksaan Sidang AIPA ke-41 ini di Vietnam,” imbuh politisi Partai Golkar tersebut.
Meski sidang kali ini digelar secara virtual, Azis meyakini bahwa pertemuan yang turut dihadiri oleh 200 anggota parlemen dari 10 negara anggota ASEAN, serta pengamat atau observer dari parlemen negara lain dan sejumlah organisasi internasional tersebut, mmerupakan wujud nyata atas komitmen anggota parlemen AIPA dalam mewujudkan ASEAN yang kohesif dan responsif dalam menanggulagi masalah regional, utamanya dalam mengatasi pandemi serta dampaknya bagi berbagai sektor di wilayah Asia Tenggara.
“sDalam closing statement dan tahun depan rencananya Sidang AIPA yang ke-42 akan berlangsung di Brunei Darussalam, dan mudah-mudahan situasi pandemi ini sudah reda dan bisa dilakukan secara fisik datang dan apabila tidak akan dilakukan secara virtual kembali di masa yang akan datang,” tutup Pimpinan DPR RI Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Korpolkam) itu. (sam)