“Kita tidak ingin situasi, apa namanya, menjadi lebih memburuk,” ujarnya.
Presiden Jokowi pun, sambung Retno, juga sedikit menyinggung masalah ketegangan di Timur Tengah tersebut dalam pertemuan dengan Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed (MBZ). Namun pembahasan ini tidak fokus, karena fokus pembahasan dalam pertemuan keduanya lebih kepada masalah ekonomi.
Retno juga menegaskan, semua negara khawatir dengan kemungkinan terjadinya perang terbuka antara AS dan Iran. Indonesia pun yang posisinya jauh juga khawatir karena perang tidak akan menguntungkan siapapun.
“Perang itu akan berpengaruh pasti terhadap ekonomi dunia yang sudah tanpa perang pun sudah tertekan, tertekan terus ke bawah,” katanya.
Buat Indonesia, lanjut Retno, yang sangat langsung adalah nasib warga negara kita. Karena di Iran, kalau menurut data yang ada, jumlah WNI yang ada di sana itu lebih dari 400. Sementara yang di Irak lebih dari 800. Namun diperkirakan jumlah yang ada pasti lebih besar dari data yang kita diterimanya.
“Belum lagi kita bicara mengenai WNI yang tinggal di sekitar wilayah itu yang kalau ditotal bisa jumlahnya jutaan. Jadi, kalau situasinya tidak dapat dieskalasi, diredakan maka pasti akan terpengaruh kepada warga negara kita, tetapi sekali lagi untuk antisipasi,” katanya. (wt)