Di dua desa tersebut, lanjut dia, saat ini telah direkrut sebanyak 40 orang relawan sibat (siaga bencana berbasis masyarakat). Para relawan yang terpilih sudah mulai mendapatkan berbagai pelatihan ketrampilan menghadapi bencana.
Pelatihan yang sudah dilakukan antara lain pelatihan pertolongan pertama menangani korban bencana, pelatihan menghadapi kebencanaan juga pelatihan survey kebencanaan.
“Selain itu para relawan juga dilatih untuk memanfaatkan media sosial sebagai media koordinasi dan update informasi saat terjadinya bencana. Bahkan kami sudah membentuk grup WA khusus untuk koordinasi,”kata Nurhadi.
Sementara itu, untuk mengevaluasi program yang telah berjalan Perwakilan American Red Cross Untuk Indonesia, Timor-Leste dan Pasifik, D. Kendall RePass berkunjung Banyuwangi, beberapa waktu lalu. RePass ingin melihat kesiapan berbagai stake holder yang terlibat dalam penanganan bencana di Banyuwangi.
“Kami datang kesini untuk memastikan bahwa Pemkab Banyuwangi dan para stakeholders di sini siap bekerjasama dan memiliki pemahaman yang sama, sehingga kita bisa meminimalisir dampak yang ditimbulkan bila terjadi gempa,” kata RePass.
RePass mengatakan, dia datang ke Banyuwangi juga membawa ahli manajemen bencana dari Amerika untuk melihat berbagai infrastruktur pendukung dan sistem komunikasi yang ada. “Kami ingin membangun model kesiapsiagaan tepat dan efisien, kami yakin kerjasama ini akan menghasilkan yang terbaik,” ujarnya. (yin/jam)