Senin, 7 Oktober 2024
33.2 C
Surabaya
More
    OpiniTajukNakhoda Baru PSSI Tenggelam atau Berlayar

    Nakhoda Baru PSSI Tenggelam atau Berlayar

    KONGRES Luar Biasa PSSI pada tanggal 2 November 2019, di Ballroom Hotel Shangri-La Jakarta, walaupun sempat ribut sesaat setelah Sekjen Ratu Thisa Destria melakukan absen terhadap peserta kongres, sejumlah calon ketua umum, calon wakil ketua umum, dan calon exco membuat ribut dengan memprotes pimpinan sidang untuk membatalkan sidang.

    Ratu Tisha dengan tegas menyatakan bahwa karena agenda tunggal KLB PSSI tahun 2019 adalah memilih Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, dan Executive committee (Exco), maka tidak ada perdebatan atau usulan yang bersifat diluar agenda tersebut.

    Baru akan melakukan absen, sejumlah calon berteriak-teriak meminta PSSI membatalkan kongres. Tanpa basa-basi meminta petugas keamanan mengeluarkan para calon yang melakukan protes bukan pada tempatnya, bahkan memalukan di hadapan delegasi FIFA dan AFC.

    KLB PSSI berjalan lagi dengan agenda pemilihan, dan sebagaimana diberitakan media ini telah terpilih Komjen (Pol) Mochamad Iriawan (Iwan Bule) dengan suara mutlak tanpa lawan dari calon lain, dengan memperoleh 82 suara dan 3 suara dari 85 dinyatakan tidak sah karena salah mencontreng di kertas suara. Terpilih pula wakil ketua Iwan Budianto dan Cucu Soemantri.

    Sedangkan 12 exco terdiri atas ; AS Sukawijaya (45), Dirk Soplanit (62), Endri Irawan (44), Haruna Soemitro (45), Hasnuryadi Sulaiman (44), Juni Ardianto Rahman (45), Pieter Tanuri (52), Sonhadji (52) hasil putaran pertama. Ahmad Riyadh (55),  Hasani Abdulgani (49), Yunus Nusi (44) dan Vivin Cahyani (47).

    PSSI dengan nakhoda baru bernama Iwan Bule dan sejumlah exco juga muka baru, walaupun separoh lebih muka lama, mendapat tantangan dari Ketua Umum untuk melakukan percepatan kemajuan sepakbola dengan segera membentuk kelompok kerja (pokja) untuk menindaklanjuti Instruksi Presiden (Inpres) nomor 3 tahun 2019.

    Dan salah satu harapan dengan sentuhan nakhoda baru bersama sejumlah wakil ketua dan Exco muka lama, berharap ada perubahan manejemen dengan basis digital dan transparansi. Juga merevitalisasi blue print PSSI lebih maju lagi dan cepat lagi.

    Perhelatan SEA Games Philipina 2019 mendatang yang sudah di depan mata, juga menjadi harapan Iwan Bule untuk mempersembahkan medali emas buat kontingen Indonesia. Dan itu bukan pekerjaan mudah atau gampang dilakukan seperti membalikkan tangan, walaupun peluang masih terbuka karena Timnas U-23 yang merupakan punggawa timnas SEA Games sudah mempersembahkan juara AFF tahun 2019.

    Nakhoda baru harus berani melakukan terobosan sekaligus memberikan motivasi dengan meyakinkan bahwa sepakbola Indonesia, terutama penghargaan dan perlakuan terhadap pemain nasional sudah berubah total 360 derajat. Artinya, bahwa pemain adalah di atas segala-galanya termasuk kesejahteraan dan pendapatan sebagai pemain nasional lebih menjanjikan serta memastikan bahwa negara hadir bersama PSSI, memberi jaminan secara totalitas.

    Penghargaan secara totalitas tentu saja, pokja PSSI bentukan nakoda baru Iwan Bule, harus berani transparan mengumumkan target-target prestasi internasional. Juga transparan memberikan penghargaan atau tali asih kepada pemain dengan kriteria dari U-12 sampai timnas senior, tentu saja di atas standar sebagai pemain klub.

    Paling tidak, bagi yang masih sekolah atau kuliah, maka perlakuan khusus sebagai warga negara kehormatan dibanding siswa/mahasiswa biasa. Pendapatan sebagai Income atau bayaran juga minimal standar pemain profesional di Asia Tenggara, dan tidak menutup kemungkinan standar Asia.

    Demikian juga kelanjutan kehidupan pemain nasional pasca mengantungkan sepatu harus ada jaminan asuransi atau sejenis yang memberikan kepastian bahwa setelah membela negara dan bangsa, mengibarkan merah putih di seantero dunia, tidak telantar atau dibiarkan hidup tidak layak.

    Sebab potret hidup tidak layak kebanyak mantan pemain nasional, jika PSSI dan Indonesia cabang olahraga termasuk swpakbola mau bangkit, maka harus ada kepastian dan perlakukan khusus bagi pemain nasional, saat masih aktif dengan standar prestasi maupun setelah sudah pensiun.

    Bagi Nakhoda Baru Iwan Bule, tidak ada pilihan jika ingin membangkit sepakbola modern harus berani melakukan perubahan mendasar yang selama ini masih menjadi penghalang prestasi sepakbola Indonesia menuju pentas dunia. Bahkan sudah menjadi tradisi ketika usia dini mampu menorehkan prestasi spektakuler bahkan sampai tingkat Asia dan dunia. Tetapi begitu menginjakkan kaki ke level U-18 ke atas, selalu terseok-seok di kawasan ASEAN.

    Prestasi sepakbola Indonesia pernah berjaya terakhir pada tahun 1986 ketika menembus semifinal Asian Games Seoul, waktu itu pelatih lokal (almarhum) Bertje Matulapelwa mampu mempersembahkan prestasi menjanjikan. Ke depan tentu saja, jika ditangani lebih profesional dan sungguh, maka tidak tertutup kemungkinan bersinar di pentas sepakbola dunia.

    Sekali lagi nakhoda baru Iwan Bule, dalam 100 ke depan harus melakukan perubahan mendasar dengan serius menangani persoalan rutinitas yang ewuh pakewuh (sungkan) melakukan perubahan. Sebab jika hanya kampanye dan program tanpa tindakan nyata, maka anggap saja nakhoda baru justru menenggelamkan kapal hebat PSSI.

    Namun, jika jenderal bintang 3 Polisi ini, melakukan terobosan dan gebrakan yang berbeda juga melakukan langkah-langkah strategis, termasuk seperti dalam pidato sambutan setelah terpilih mau mengorbankan harga diri demi prestasi PSSI dan tentu saja, timnas senior mampu berprestasi tingkat Asia dan dunia, serta timnas kelompok umur terus secara estafet memberikan harapan menjaga prestasi itu. Tentu saja kapal PSSI bakal berlayar jauh dan menjadi hebat walaupun dihadang ombak sehebat dan setinggi apa pun, jika sudah menyiapkan diri untuk menantang samudera persaingan prestasi sepakbola di lautan nan luas, maka akan terua berlayar dan bangkit menuju prestasi dunia. (*)

    COPYRIGHT © 2019 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan