Khusus jenis tanaman tembakau yang ada di Gresik, Eko menyatakan bahwa selama ini petani Gresik hanya menanam tembakau jenis tembakau jawa (jinten), sepertinya sudah tradisi petani tembakau Gresik.
Kedepan kami akan mendorong petani dan mengembangkan tembakau jenis virginia. Tembakau ini terkenal karena bernikotin rendah juga harga jualnya lebih tinggi. Hal ini akan lebih menguntungkan para petani tembakau” papar Eko.
Untuk memfasilitasi para petani tembakau tersebut, Dinas pertanian Gresik menggandeng Balai Penelitian dan Pabrikan. Selain itu, juga akan membuat Demplot atau semacam lahan ujicoba. Demplot ini akan dilaksanakan pada tiga Kelompok tani di tiga wilayah kecamatan Balongpanggang, Benjeng dan Duduksampeyan.
Menurut Eko, Demplot ini sebagai sekolah lapang SL-GAP (Sekolah Lapang Good Agricultural Practices) tembakau bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Serat dan Pemanis (Balittas) Karangploso Malang.
Untuk lebih menggairahkan para petani tembakau, Selain mengadakan demplot, sekolah lapang dan menjalin kerjasama dengan berbagai instansi dan elemen terkait. Kami juga memberikan bantuan sarana produksi berupa bibit tembakau, pupuk dan obat-obatan.
Dari hasil Analisa ekonomi Dinas Pertanian Gresik, pendapatan petani melalui komoditi tembakau ini yaitu sekitar Rp. 32 Juta/hektar pada satu kali musim tanam yaitu selama 3 bulan (kemarau). (rin)