Pascagempa Malut, 2 MD dan Lebih 2.000 Mengungsi

Pascagempa Malut, 2 MD dan Lebih 2.000 Mengungsi
Dr. Agus Wibowo, M.Sc, Plh. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, saat memberikan keterangan pers, di Jakarta, Senin (25/7/2019).

Jakarta – Gempa bumi magnitudo 7,2 yang terjadi pada Minggu (14/7/2019) di Maluku Utara (Malut) mengakibatkan dua orang meninggal dunia (MD) dan lebih dari 2.000 mengungsi di 14 titik pengungsian.

Hal tersebut disampaikan Dr. Agus Wibowo, M.Sc, Plh. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Senin (25/7/2019).

Dua korban meninggal teridentifikasi berasal dari Desa Gane Luar dan Desa Papaceda, sedangkan pengungsian terbanyak berada di Kecamatan Bacan Selatan. Jumlah penyintas di titik tersebut mencapai 1.000 orang.

Sementara itu, para korban telah mendapatkan penanganan darurat dari pemerintah daerah dan institusi terkait lainnya. Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan menetapkan status tanggap darurat selama 7 hari, terhitung 15 – 21 Juli 2019.

Gempa juga berdampak pada kerusakan bangunan dan infrastruktur lain. Kerusakan unit rumah di Desa Ranga ranga, Kecamatan Gane Timur 20 unit, Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat 28 unit, dan Desa Dolik, Kecamatan Gane Barat Utara 6 unit. Ketiga desa ini berada di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Kerusakan rumah di Desa Kluting Jaya, Kecamatan, Weda Selatan, Halmahera Tengah 5 unit, sedangkan kerusakan 2 unit jembatan terjadi di Desa Saketa.

Hingga kini beberapa kendala dihadapi dalam penanganan darurat. Akses jalan ke lokasi terdampak hanya melalui laut dikarenakan akses jalan darat masih belum terbangun. Rute yang dapat ditempuh yaitu rute Ternate – Sofifi melalui speed boat dan dilanjutkan perjalanan darat dari Sofifi menuju ke Saketa. Kemudian Ternate ke Labuha dengan pesawat atau kapal ferry. Labuha menuju ke Saketa membutuhkan waktu 5 jam dengan speed boat.