Sabtu, 2 November 2024
27.8 C
Surabaya
More
    HeadlineKawasan Pegunungan Dieng Berselimut Salju

    Kawasan Pegunungan Dieng Berselimut Salju

    Banjarnegara – Dalam beberapa hari terakhir, kawasan pegunungan Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, mengalami penurunan suhu yang cukup drastis, hingga berada di angka -9 derajat celcius pada Senin, 24 Juni 2019. Penurunan suhu ini mengakibatkan kawasan Dieng membeku dan diselimuti embun salju.

    Fenomena alam kemunculan embun salju ini tentu menguntungkan sektor pariwisata Dieng. Jumlah wisatawan semakin bertambah sejak munculnya fenomena salju tropis yang langka ini.

    Tidak hanya soal fenomena alam, kemunculan embun salju ini juga menjadi anugerah bagi sektor pariwisata Dieng. Mulai dari tempat wisata hingga penginapan yang ada di sekitar tempat wisata.

    Berbagai unggahan mengenai kondisi wisata Dieng membuat para warganet penasaran dengan penampakan salju tropis. Seperti akun Twitter @Riskaaveiro dan @EstavitaPembayn ini, melalui cuitan twitter, mereka mengungkapkan keinginan mereka untuk berkunjung ke Dieng dan melihat embun salju.

    “Penasaran dengan suhu Bromo dan Dieng yang sampe2 bisa bikin embun Kristal menyerupai salju… Duuhh! Bawaannya pengen melancong terus, apakabar isi kantong,” cuit @Riskaaveiro.Kawasan Pegunungan Dieng Berselimut Salju

    Terjadi Tiap Tahun

    Embun es Dieng biasa terjadi tiap tahun di kisaran Juni, Juli, dan Agustus atau puncak musim kemarau. Pada 2018 misalnya, mulai terjadi di akhir Juli. Tahun ini di pekan ketiga Juni 2019, embun es sudah terlihat di sejumlah tempat, seperti di meja-meja tempat berjualan, tanaman, dan hamparan rumput sekitar kompleks Candi Arjuna Dieng.

    Baca juga :  Cara Kreatif Warga Papring Banyuwangi Angkat Potensi Bambunya

    Tidak hanya membawa berkah bagi pedagang dan pemilik penginapan yang berada di kawasan Dieng, tapi embun es ternyata menjadi ancaman bagi para petani. Saat dingin di bawah nol derajat, penduduk setempat menyebut embun beku dengan bun upas atau embun racun, karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.

    “Kalau sudah turun embun es, para petani kentang sudah tidak berharap bisa panen,” kata Romadhoni, warga Dieng Kulon sembari menunjukkan foto embun es yang menempel di tanaman dari telepon genggamnya.

    “Tanaman kentang dan tanaman carica mati karena embun es, untuk tanaman yang lain tidak terpengaruh.”

    Saat embun es menempel ke daun tanaman kentang dan carica pagi hari, kemudian siang hari terkena matahari, menjadikan daun tanaman kuning dan layu, berpotensi besar menjadi kering dan mati.

    Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman yang banyak ditanam petani di kawasan daratan tinggi Dieng. Kentang banyak diolah jadi makanan ringan yang dijajakan di sekitaran Dieng, seperti kentang goreng yang dipotong memanjang tipis-tipis, kentang rebus berbumbu, dan kentang goreng yang dibentuk berulir dengan tusukan lidi.

    Baca juga :  Cara Kreatif Warga Papring Banyuwangi Angkat Potensi Bambunya

    Bisa Berlangsung Hingga Agustus

    Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan asal suhu dingin yang membekukan embun di wilayah dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah. Suhu dingin itu berasal dari aliran massa udara atau monsun dingin dan kering dari wilayah Benua Australia.

    “Kejadian kondisi suhu dingin tersebut merupakan fenomena yang normal,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, R Mulyono R Prabowo dalam keterangan tertulis, Selasa (25/6/2019).

    Secara klimatologis, monsun dingin Australia aktif pada Juni, Juli, dan Agustus, yang umumnya merupakan periode puncak musim kemarau di wilayah Indonesia selatan ekuator.

    Desakan aliran udara kering dan dingin dari Australia menyebabkan udara lebih dingin, terutama pada malam hari dan di wilayah dataran tinggi atau pegunungan.

    Selain itu, kondisi musim kemarau dengan cuaca cerah dan atmosfer dengan tutupan awan sedikit di sekitar wilayah Jawa-Nusa Tenggara dapat memaksimalkan pancaran panas bumi ke atmosfer pada malam hari. Sehingga suhu permukaan bumi akan lebih rendah dan lebih dingin dari biasanya.

    Baca juga :  Cara Kreatif Warga Papring Banyuwangi Angkat Potensi Bambunya

    Kondisi ini bertolak belakang dengan kondisi saat musim hujan atau peralihan, ketika kandungan uap air di atmosfer cukup banyak karena banyaknya pertumbuhan awan dan atmosfer menjadi semacam ‘reservoir panas’ sehingga suhu udara permukaan bumi lebih hangat.

    Berdasarkan pengamatan BMKG, dalam sepekan terakhir suhu udara lebih rendah dari 15 derajat Celsius tercatat meliputi wilayah seperti Frans Sales Lega (Nusa Tenggara Timur) dan Tretes (Pasuruan). Suhu di Frans Sales Lega bahkan sampai serendah 9,2 derajat Celsius pada 15 Juni 2019.

    “Suhu dingin akan lebih terasa dampaknya di wilayah dataran tinggi seperti Dieng dan daerah pegunungan lain tempat kondisi ekstrem dapat menyebabkan terbentuknya embun beku,” kata dia.

    Suhu dingin menurut prakiraan dapat berlangsung selama periode puncak musim kemarau, Juni-Juli-Agustus, terutama di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara.

    “Fenomena suhu dingin malam hari dan es salju di lereng pegunungan Dieng lebih disebabkan kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung.” Tulis Humas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika melalui akun Twitter, @Humas_BMKG.

    BMKG memprediksi potensi kondisi suhu dingin seperti di Dieng masih bisa berlangsung selama periode puncak musim kemarau, dari Juni hingga Agustus mendatang. Selain Dieng, kawasan Jawa Timur dan Nusa Tenggara juga akan terdampak suhu dingin ini. (wt)

     

    COPYRIGHT © 2019 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan