Surabaya – Hari pertama masuk kerja Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menggelar Halal Bi Halal di halaman kantor gubernuran Jalan Pahlawan Surabaya, Senin (10/6/2019).
Berbeda dengan tahun tahun sebelumnya yang selalu penuh sesak, kali ini hanya melibatkan karyawan dilingkungan sekretariat daerah yaitu biro biro saja. Setelah itu, secara bergiliran Khofifah akan mendatangi Halal Bi Halal yang diselenggarakan oleh dinas atau badan. Giliran kedua kantor yang ada disekitar Jalan Injoko.
Selain Khofifah hadir Wagub Emil Elestianto Dardak, Sekdaprov Heru Tjahjono, Kepala Bappeprov Bobby Sumiarsa dan Pejabat eselon ll, lll dan lV.
Gubernur Khofifah mengaku setelah Lebaran ini pihaknya segera bertemu Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Lucky Hermawan menyusul makin tingginya angka korban narkoba di Jawa Timur terutama anak anak muda.
“Secara nasional angka korban Narkoba Jawa Timur masih yang tertinggi,” tutur Khofifah saat memberikan kata sambutan Halal Bi Halal.
Untuk itu ia akan ngecek ke Polrestabes. Hasil operasi pengendara sepeda motor melalui tes urine, ditemukan pengendara motor menjadi pengguna narkoba. Dan angkanya sangat tinggi.
Hari ini kata Khofifah, dirinya bersama pak Wagub akan menerima kunjungan Pak Kapolrestabes. Dan selanjutnya bersama Ibu Walikota Surabaya akan turun ke bawah. Waktunya kita rahasiakan dulu, jelasnya.
Pencegahan narkoba terhadap remaja usia sekolah dan generasi muda diakuinya butuh waktu dan kesabaran, tapi harus serius. Seberapapun besarnya APBN/APBD tidak akan menyelesaikan. Sebab itu perlu ada pendekatan lain yaitu meningkatkan keimanan.
Apalagi jenis obat terlarang sudah dijual bebas di pinggir pinggir jalan dengan harga sangat murah Rp 2000/butir. Juga tidak mungkin mendirikan rumah rumah rehabilitasi terus menerus. “Belum tentu lho ASN/PNS yang ada disini 100 persen bebas narkoba,” ungkap Khofifah yang disambut tertawa riuh oleh puluhan pegawai dilingkungan Pemprov Jawa Timur.
Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur ini mengaku sangat kaget ketika mengikuti konvensi di Wina. Saat itu ada kepala negara bilang bahwa rakyatnya menjadi korban ektasi produksi Indonesia.
Saya betul betul terpukul. Bersama Menkes, lalu saya cari kepala negara itu. Taunya sudah pulang. Terus saya datang ke negara itu sekedar ingin klarifikasi pernyataanya. Sebab itu forum dunia.
Betapa kagetnya, saya dapat cerita bahwa di Indonesia ada lima pabrik yang memproduksi ektasi dengan kategori besar di dunia. Kepala negara itu juga menunjukan tempat tempatnya. Ini sangat mengagetkan sekaligus mengerikan. kata Khofifah.
Menurutnya, memberantas Narkoba tidak cukup pendekatan penyediaan anggaran saja. Tapi peningkatan keimanan dan do’a juga perlu. tandasnya. (min)