Selama ini, pengawasan terhadap babi dan pemotongan babi di Rumah Potong Hewan (RPH), sudah dilakukan secara maksimal. Bahkan, sudah ada tim khusus untuk mengecek babi-babi yang akan dipotong dan yang akan disebarkan di Surabaya. “Jadi, upaya kami sudah maksimal, termasuk di RPH,” imbuhnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RPH Surabaya Bela Bima juga memastikan pemotongan babi di instansinya sudah steril dan melalui beberapa pemeriksaan dan proses panjang. Awalnya, babi-babi itu didatangkan dari daerah-daerah penghasil ternak babi, seperti Blitar, Tulungagung, Situbondo dan beberapa daerah lainnya.
“Jadi, pada saat usia panen, dia dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan di daerah itu. Ini nanti yang akan mengeluarkan rekomendasi berupa surat keterangan kesehatan hewan. Nah, ketika tiba di RPH, surat inilah yang akan kami tanya,” kata Bima.
Selanjutnya, dokter hewan di RPH akan memeriksa lagi dan mencocokkan dengan surat keterangan kesehatan hewan yang telah dibuat oleh dokter hewan sebelumnya. Karenanya, dalam proses pemotongan babi di RPH, dilakukan filter atau pemeriksaan dua kali.
“Pemotongannya pun berbeda dengan sapi dan kambing. Dalam proses pemotongan inilah virus-virusnya dihilangkan. Tempatnya pun berbeda dengan pemotongan sapi dan kambing,” kata dia.
Bima juga memastikan bahwa pemotongan babi itu hanya dilakukan dua hari sekali di RPH. Dalam sekali potong, rata-rata memotong 200 ekor babi. Saat perayaan imlek kemarin, pemotongan tembus 300 ekor. (wt)