Pemilik Dignity Kitchen Mr Koh Seng Choon : Pemprov Jatim Bisa Undang Saya dengan Gratis

Pemilik Dignity Kitchen Mr Koh Seng Choon : Pemprov Jatim Bisa Undang Saya dengan Gratis
Koh Seng Choon pemilik Dgnity Kitchen, Singapura, saat memberikan penjelasan mengenai pelatihan bagi orang berkebutuhan khusus. (foto/min)

Mengingat peserta adalah orang yang berkebutuhan khusus, maka sistem pelatihnnya juga berbeda. Kalau peserta itu tuna wicara maka bahasa yang digunakan dengan bahasa tubuh. Mereka dilatih untuk mengetahui bahasa kita (pengunjung) bukan sebaliknya.

Dignity Kitchen adalah lembaga sosial milik pribadi. Lembaga ini dibangun mulai tahun 2012. Mr Koh Seng Choon bercerita untuk membangun harus dibutuhkan tekad dan semangat tinggi.

Mengapa ! Disini tidak ada bantaun pemerintah. Tidak ada lembaga lain yang membantu. Jadi saya betul betul mandiri. Awalnya, saya jual rumah dan dana pinjaman. Tapi semua administrasi pendirian harus mengetahui pemerintah Singapura. Termasuk kurikulumnya.

Namun tahun 2015 lembaga sosial dengan tujuan mengangkat derajat dan martabat kaum terpinggirkan itu telah menerima penghargaan dari Presiden Singapura. Dan menerima ISO 22000. Bahkan lembaga ini menjadi satu satunya di Asia.

ISO 22000 diberikan karena sudah bisa memproduksi makanan yang bebas bakteri.

Lembaga ini juga mengajak anak anak untuk belajar disini. Dan telah melahirkan banyak orang yang sukses.

Saat ini Dignity Kitchen tengah mengembangkan untuk membangun tempat khusus seluas 4000 meter.

Alumni Dignity Kitchen jumlahnya cukup banyak. Mereka sudah banyak yang sukses.

Karena selama mengikuti pelatihan tidak hanya industri makanan saja, tapi juga yang lain. Orang-orang ini harus di berikan latihan supaya bisa berinteraksi dengan masyarakat lain.

Mr Koh Seng Choon mengatakan bahwa pelatihan ini tidak ada yang dirahasiakan karena bisa dilakukan di semua negara termasuk indonesia. “Ini berbagi ilmu,” tegasnya.

Dignity Kitchen memiliki bidang usaha yaitu perpustakaan, Sukarelawan, pembelajaran, industri makanan, event. Dan ada 21 kurikulum yang disahkan oleh pemerintah Singapura.

Dalam pelatihan itu, mereka yang tidak tau hurup diajari dengan warna. Jadi disini menciptakan sistem untuk semua kebutuhan. Lembaga ini memciptakan teknologi tinggi. Bukan padat karya.

Sejauh ini pemerintah Singapura juga tidak pernah mengusik keberadaan lembaga ini. Apalagi investasi. Tidak ada.

Untuk menghidupinya, ada jasa pelayanan, jasa konsultasi, jasa jual makanan. pemerintah Jawa Timur bisa mengundang kami dengan free. Karena bukan lembaga swasta. kata Mr Koh Seng Choon.

Dia mengatakan, apakah pelatihan terhadap orang lanjut usia, cacat fisik, mantan napi atau tuna wicara bisa dilakukan atau cocok di Indonesia ? Menurut Mr Koh Seng bisa. Karena ini bisa dipelajari. ” Mereka butuh perhatian. Tidak sekedar ditampung, lalu di kasi makan,”.

Banyak orang mengira bahwa Dignity Kitchen memiliki banyak dollar dari hasil usahanya. Padahal tidak. Kami hanya mengangkat derajat dan martabat mereka. Karena produk dari Dignity Kitchen dijual dengan harga dibawah pasar alias sangat murah. Pendapatan rata rata hanya1000 dollar/bulan. (min)