Disamping itu, lanjut dia, antusiasme insan fotografi Surabaya dalam mengikuti lomba ini layak diapresiasi, baik dari jumlah peserta yang kian meningkat maupun kulitas karya fotonya yang semakin bagus. Tingginya animo insan fotografi ini sangat dipahami oleh Pemkot Surabaya, sehingga selalu rutin digelar event-event lomba fotografi di Kota Surabaya. “Setiap tahun kami rutin menggelar pameran fotografi, yakni pada Bulan Mei dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Surabaya dan juga pada Bulan November dalam rangka Hari Pahlawan,” ujarnya sembari membuka pameran fotografi.
Pada kesempatan itu, Pemkot Surabaya juga menggelar bedah buku “Pasak Sejarah Indonesia Kekinian” hasil karya Tim Cagar Budaya Surabaya. Salah satu tim ahli cagar budaya Surabaya, Prof Johan Silas, menjadi pembicara pada bedah buku itu.
Saat itu, professor dari ITS ini menjelaskan bahwa pertempuran 10 November di Surabaya merupakan pasak atau paku bagi sejarah kemerdekaan di Indonesia. Melalui pertempuran ini, semangat untuk mempertahankan kemerdekaan tumbuh di kalangan masyarakat Indonesia. “Makanya, pasak ini dicantumkan dalam sub judul atau nama buku ini,” kata Prof Johan Silas.
Sebenarnya, banyak referensi yang membahas tentang peristiwa 10 November yang sangat fenomenal ini. Bahkan, ia mencatat setidaknya ada 40 referensi yang bisa digunakan untuk mengetahui sejarah 10 November itu. “Namun, dalam buku ini kami benar-benar saring dan kami teliti. Jadi tidak asalcomot, tim cagar budaya pun harus mengetahui sejarahnya. Yang kami cantumkan dalam buku ini, pasti ada di 3 sampai 4 buku referensi yang tema dan pembahasan sama,” kata Prof Johan Silas.
Bahkan, ia memastikan bahwa proses penelitian selama 4 tahun. Sedangkan penulisannya selama satu tahun. “Jadi, prosesnya sekitar 5 tahunan dari penelitian hingga penulisan. Kalau proses cetaknya hanya satu bulan,” pungkasnya. (wt)