Lapsus  

Keistimewaan Umroh di Bulan Sya’ban Menggapai Rejeki, Ampunan dan Tolak Bencana

Keistimewaan Umroh di Bulan Sya’ban Menggapai Rejeki, Ampunan dan Tolak Bencana
Suasana tempat thowaf sudah normal kembali.

Beliau menjawab, “Itu adalah bulan yang dilupakan oleh manusia antara bulan Rajab dan Ramadan. Bulan Sya’ban itu bulan amal-amal diangkat ke hadapan Tuhan semesta alam. Oleh karena itu, aku senang apabila amalku diangkat, sedangkan aku berpuasa.”

“Sya’ban juga disebut bulan membaca Al-Quran, sesuai hadits riwayat Anas RA, “Adalah orang-orang muslim apabila masuk bulan Sya’ban, mereka membuka mushaf-mushaf Al Qur’an dan membacanya, mengeluarkan zakat dari harta mereka untuk memberi kekuatan kepada orang-orang yang lemah dan orang-orang miskin untuk melakukan puasa Ramadan.

” Berkata Salamah bin Suhail, “Telah dikatakan bahwa bulan Sya’ban itu merupakan bulannya para qurra’ (pembaca Al Qur’an).” Dan adalah Habib bin Abi Tsabit apabila masuk bulan Sya’ban dia berkata,
“Inilah bulannya para qurra’.”

“Jadi, bukan hanya pecinta AlQuran, pada niaga (pedagang) juga menyempatkan diri untuk menghormat bulan Sya’ban. Dari ‘Amr bin Qais Al-Mula’i apabila masuk bulan Sya’ban dia menutup tokonya dan meluangkan waktu (khusus) untuk membaca Al-Qur’an. Sangat istimewa sekali, bulan Sya’ban,” ulas Gus Rofiq, sapaan Romo Kiai Rofiq Siraj.

Sebagian besar ulama salaf menyakini, bahwa Sya’ban merupakan bulannya Baginda Rasulullah SAW. Hal ini berdasarkan sabda baliau yang berbunyi, “Bulan Rajab itu adalah bulan Allah, bulan Sya’ban adalah bulanku dan bulan Ramadan adalah bulannya umatku.

“Bahkan, salah satu riwayat menyebut, Rasulullah SAW pada setiap setiap malam tanggal 15 Sya’ban selalu melakukan shalat malam dengan sangat lama, menunaikan kewajiban bersyukur kepada Allah SWT, sehingga Al-Hafidh Al-Baihaqi dalam kitab Musnadnya meriwayatkan hadits dari A’isyah ra katanya “Rasulullah SAW pada suatu malam bangun, lalu melakukan shalat. Beliau memperlama sujud, sehingga aku mengira beliau telah wafat. Setelah aku melihat yang demikian itu, aku bangun sehingga menggerakkan ibu jari beliau, dan ibu jari beliau bergerak.”

Yang istimewa, ternyata pada setiap malam Nisfu Sya’ban Rasulullah SAW selalu mendoakan umatnya, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Dalam hal ini, Sayyidina Ali ra menceritakan sebagai berikut,

“Sesungguhnya Rasulullah SAW keluar pada malam ini (malam nisfu sya’ban) ke Baqi’ (kuburan dekat masjid Nabawi) dan aku mendapatkan beliau dalam keadaan memintaan ampun bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan dan para syuhada.”

Intinya, banyak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab musnad beliau, Imam At-Tirmidzi At-Thabrani, Ibnu Hibban, Ibnu Majah, Al Baihaqi dan An Nasai, yang menetapkan bahwa Rasulullah SAW adalah memuliakan malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyak shalat, doa dan istighfar.

Jadi, bukanlah perbuatan bid’ah dan bukan pula perbuatan aneh jika malam nisfu Sya’ban dijadikan malam untuk banyak berzikir, berdoa dan istighfar dan melakukan shalat bagi kaum muslimin.

Maka tak heran, kalau Imam Al-Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh syafaat (pertolongan). Menurut Al Ghazali, pada malam ke 13 di bulan Sya’ban, Allah SWT memberikan tiga syafaat kepada hamba-hambanya.

Sedangkan pada malan ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Sehingga pada malam ke-15, umat Islam mempunyai kesempatan menebar kebaikan dan amalan sholiha sebagai penutup amalnya selama satu tahun. Subhanallah. Wallahu a’lam bish-showab. (makin rahmat)