Pelatihan tersebut diadakan menjelang pemilihan umum Juli, di mana Perdana Menteri Hun Sen, dengan dukungan dari China, tampaknya akan menang mudah setelah oposisi utama Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) dibubarkan oleh Mahkamah Agung November lalu atas permintaan pemerintahnya.
Pelarangan oposisi tersebut mendorong Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara-negara lain untuk mengutuk tindakan keras oleh Partai Rakyat Kamboja yang dipimpin Hun Sen (CPP) pada kritik, termasuk anggota parlemen oposisi dan beberapa media independen.
Hun Sen menuduh Amerika Serikat mendukung CNRP untuk mengadakan “revolusi warna” demi menggulingkan pemerintahannya.
Washington menolak tuduhan dukungan Amerika atas dugaan rencana oleh pemimpin oposisi Kem Sokha, yang menghadapi tuduhan pengkhianatan yang dia katakan dimaksudkan untuk menghentikannya bersaing dalam pemilihan umum.
Hun Sen sering mengingatkan orang-orang Kamboja tentang pemboman hebat Amerika Serikat yang dimulai pada akhir 1960-an dan kudeta oleh seorang jenderal yang didukung Amerika Serikat pada 1970. Tak lama kemudian, tentara Amerika Serikat menyerang dari Vietnam dan perang melanda negara tersebut, yang menyebabkan pengambilalihan kekuasaan oleh genosida Khmer Merah pada 1975.
Sebuah jajak pendapat pada 2016 menunjukkan bahwa 85 persen orang Kamboja memiliki pandangan positif terhadap dampak Amerika Serikat di wilayah tersebut.(reuters/kh)