Sidoarjo – Biaya politik yang banyak, tetapi kadang tidak dipahami saat pelaksanaan pemilihan mulai kepala desa sampai legislatif di DPR RI, sebagai kegilaan politik di negeri ini.
“Semoga kita bisa memberikan pendidikan dengan kekuatan keimanan menjadi modal untuk generasi now.” Kata Ketua DPRD Sidoarjo, Sulamul Nurmawan, Jum’at (19/1), dalam seminar anti!korupsi di The Sun Hotel.
Dalam dunia politik, katanya, pengeluaran politik yang tinggi, menjadi kebiasaan sistemik memicu hal-hal yang negatif. Karena semula tidak tahu kenyataan yang dihadapi, dengan gaji kecil dan akhirnya mencari tambahan dari berbagai cara tidak baik, termasuk korupsi.
Sekarang ini, ujar Wawan, jual gagasan dan inovasi dengan ada payung hukum, tidak cukup menyampaikan paparan tetapi juga jual yang lain. Yang sudah membudaya.
Biaya politik tinggi, katanya, karena persaingan politik dan lain-lain, akan memicu timbulnya mengembalikan biaya dengan cara negatif, karena budaya korupsi yang sudah mengakar. “Dan ini harus disampaikan secara terbuka, bahwa kegilaan dunia politik menghancurkan,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, aktor politik banyak terjerat korupsi karena biaya politik yang tinggi, dan mengenalkan sejak dini, adalah ke depan bagaimana transparansi dilakukan dan pelayanan yang optimal.
“Tugas kita bersama menjelaskan pada keluarga kita, bahwa ada hal yang harus dipahami dan moral yang harus dipertanggungjawabkan,” ujar Wawan.
Kegilaan ini, kata Wawan, saat mengawali pembicaraan ada cerita di RS Jiwa , ketika bupati dan ketua DPRD mengenalkan sebagai ketua. “Orang gila yang baru sembuh mengatakan, saya waktu masuk juga bilang sebagai ketua,” katanya. “Artinya kegilaan orang gila hampir sama dengan kegilaan politikus yang tidak paham dunia politik.” tandasnya. (JT)