Tajuk  

Dua Pahlawan dari Jawa Timur untuk Indonesia

Oleh : Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi Wartatransparansi

Dua Pahlawan dari Jawa Timur untuk Indonesia
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

 

Peristiwa bersejarah secara kebetulan dalam masa hampir sama, dengan magnit sangat luar biasa, dengan daya panggil seluruh nusantara, dengan kesadaran berbangsa dan bernegara menjadi semakin bermarwah.

20 Mei 2021, peringatan 113 tahun Hari Kebangkitan Nasional ketika dr Soetomo mendirikan Boedi Oetoemoe, walaupun pada akhir perjuangan ditinggalkan dengan menyusun strategi pergerakan baru.

Pergerakan melalui surat kabar dan majalah dengan menyatu organisasi pemersatu ide kebangsaan untuk nasionalisme dan mewujudkan kemerdekaan.

Bertepatan dengan tanggal 7 Syawal 1442 H, hari pertama Hari Raya Ketupat (Kaffah/sempurna, Arab), karena umat Islam setelah puasa 1 bulan Ramadhan ditambah puasa sunnah 6 Syawal, maka sempurna seperti puasa 1 tahun penuh. Sehingga hidup selama 1 tahun diibaratkan sempurna dengan mengabdi berpuasa

80 tahun silam ketika Presiden RI pertama Soekarno memohon fatwa berbau ide nasionalisme untuk mewujudkan kebersamaan dalam membangun bangsa dan negara, menyatu kebersamaan dalam persatuan Indonesia, walaupun masih begitu tajam perbedaan antar tokoh politik dan tokoh kebangsaan.

Adalah KH Abdul Wahab Hasbulloh, kiai kharismatik salah satu pendiri Nahdlatul Ulama mencetuskan “Halal Bihalal” (menghalalkan pertemuan tokoh nasional lintas agama dan lintas apapun untuk saling memanfaatkan dan merajut kebersamaan).

Dr. Soetomo atau Soebroto (lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 – meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun ) adalah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Soebroto mengganti namanya menjadi Soetomo saat masuk ke sekolah menengah

Pada tahun 1903, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, Batavia. Bersama kawan-kawan dari STOVIA inilah Soetomo mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo, pada tahun 1908. Setelah lulus pada tahun 1911, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra. Pada tahun 1917, Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda.

Pada tahun 1919 sampai 1923, Soetomo mendapatkan beasiswa dan menlanjutkan studi spesialis kedokteran di Universitas Amsterdam. Selama kuliah, Soetomo ikut berkegiatan di Indische Vereeniging. Soetomo juga sempat dipilih menjadi ketua Indische Vereeniging periode 1921–1922.

Pada tahun 1923, Soetomo kembali ke Indonesia dan menjadi pengajar di Nederlandsch Artsen School (NIAS).

Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa Belanda Indonesische Studie Club atau Kelompok Studi Indonesia) di Surabaya.