JAKARTA – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menjelaskan, master plan pengendalian banjir Jakarta sudah ada sejak tahun 1973 oleh NEDECO Belanda, kemudian di-review oleh Jaica tahun 1997 dan 2007.
Di sini ada Banjir Kanal Barat, Banjir Kanal Timur, kemudian normalisasi sungai Ciliwung dan sodetan antara Ciliwung ke Banjir Kanal Timur.
“Banjir Kanal Timur sudah dampaknya Kelapa Gading kan sekarang relatif enggak kebanjiran, kemarin juga saya kira agak bisa dikendalikan. Ini yang sekarang sedang kami lakukan adalah kemudian ada skema-skema ini,” kata Basuki kepada wartawan usai mengikuti rapat internal yang dipimpin oleh Presiden Jokowi, di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (3/1/2020) sore.
Ia menjelaskan, debit Kali Ciliwung ini ada 570. Sementara sebelum dinormalisasi kapasitasnya sungai itu hanya lebarnya sekitar 10 sampai 20 meter untuk menampung debit air yang hanya 200 meter kubik per detik.
Padahal, lanjutnya, debit banjir Ciliwung sampai 570 meter kubik per detik, sehingga memang harus dibesarkan kapasitas tampung kali Ciliwungnya. Termasuk kalau sodetan sudah jadi, menurutnya, itu mengalirkan 60 meter kubik per detik debit banjir kali Ciliwung ke Banjir Kanal Timur, sehingga beban di Manggarai atau yang di hilir akan menjadi lebih lebih kecil.
“Bapak presiden mengarahkan bahwa tetap lanjutkan,” jelas Basuki seraya menambahkan, penanganan banjir di Jakarta ini ada bagian hulu dibangun 2 bendungan, Bendungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi.