Pihaknya pun mendorong seluruh elemen masyarakat memberi perhatian terhadap kesetaraan gender. Karenanya, format fragmen dipilih untuk menghadirkan ilustrasi kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan isu gender. “Jadi menampilkan kehidupan sehari-hari gender itu seperti apa, sehingga dikemas dengan fragmen,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan harapan agar kegiatan ini mampu memperkuat komitmen Surabaya sebagai kota responsif gender serta memberikan manfaat bagi peserta dan masyarakat. “Semoga kegiatan ini mendorong terwujudnya Kota Surabaya yang responsif gender,” harapnya.
Sebelum lomba dimulai, Ketua Dewan Juri SGA Fragmen Suroboyoan 2025, Ketut Santoso, membacakan sejumlah tata tertib perlombaan. Ia menekankan pentingnya kedisiplinan peserta, termasuk kewajiban hadir 30 menit sebelum tampil.
“Peserta wajib hadir 30 menit sebelum nomornya tampil. Jika dipanggil tiga kali tidak hadir, akan ditampilkan setelah nomor lima penampil berikutnya,” kata Ketut.
Dalam aturan tersebut juga dijelaskan bahwa peserta yang tidak hadir setelah pemanggilan ulang akan dijadwalkan tampil kembali usai lima penampilan berikutnya. Ketidakhadiran tanpa konfirmasi akan berujung pada diskualifikasi. “Jika (setelah) lima penampilan dipanggil ulang tidak hadir dan tidak ada konfirmasi, maka dinyatakan diskualifikasi,” tegasnya.
Ketut juga menyampaikan bahwa panitia memberi waktu dua menit bagi peserta untuk persiapan panggung, dengan durasi penampilan sepuluh menit yang turut menjadi bahan penilaian juri. Jika melewati durasi tampilan, maka ada konsekuensi pengurangan nilai. (*)





