Jember  

Seminar Nasional Temu Usaha Pemberdayaan Ekonomi Lokal dalam Pengembangan Komoditas Kopi di Wilayah Aglomerasi Tapal Kuda 2025

Seminar Nasional Temu Usaha Pemberdayaan Ekonomi Lokal dalam Pengembangan Komoditas Kopi di Wilayah Aglomerasi Tapal Kuda 2025
Bupati Jember Muhammad Fawaid (kanan) bersama jajaran terkait di acara seminar nasional yang diselenggarakan oleh Unej Jember

Ia menambahkan bahwa sebagian besar masyarakat yang masuk kategori miskin ekstrem berada di kawasan pinggir kebun, pinggir hutan, serta pinggir pantai. Karena itu, pengembangan kopi akan diarahkan melalui skema perhutanan sosial agar masyarakat yang tidak memiliki lahan tetap dapat berproduksi dan meningkatkan pendapatan.

Harapan tersebut selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto dan BP Taskin untuk memastikan program percepatan penurunan kemiskinan berjalan efektif hingga ke kelompok masyarakat paling rentan.

Sementara itu, Wakil Kepala BP Taskin, Ir. Iwan Sumule, memberikan gambaran kondisi nasional terkait target penurunan kemiskinan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antarlembaga, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam membangun gerakan bersama.

“Pengentasan kemiskinan tidak bisa berjalan sendiri. Kita harus bergerak bersama. Pada Maret 2025, angka kemiskinan nasional berada di 8,47 persen terendah sejak krisis 1998. Pemerintah menargetkan penurunan menjadi 4,5 persen pada tahun 2029, dan angka kemiskinan ekstrem mencapai 0 persen di tahun 2026. Jika target nasional dilanjutkan secara konsisten, Indonesia berpotensi mencapai kemiskinan 0 persen di tahun 2034,” jelasnya.

Iwan menegaskan bahwa Jember menjadi salah satu daerah yang perlu mendapat perhatian khusus karena memiliki angka kemiskinan ekstrem tertinggi di Jawa Timur. Oleh sebab itu, BP Taskin melakukan langkah afirmatif dengan mengintegrasikan berbagai program kementerian yang relevan agar tepat sasaran dan memberi dampak nyata bagi masyarakat.

“Harapan kami, dengan koordinasi yang tepat dan komitmen bersama, Jember dapat benar-benar mewujudkan diri sebagai daerah surga kopi Nusantara sekaligus menurunkan kemiskinan ekstrem secara signifikan,” tuturnya.

Seminar nasional ini menjadi momentum penting untuk membangun pola pikir baru bahwa komoditas kopi bukan hanya identitas budaya dan ekonomi, tetapi juga instrumen pemerataan kesejahteraan. Melalui dialog dan penguatan jejaring usaha, LP2M Unej mendorong terciptanya ekosistem kopi yang mampu menggerakkan masyarakat dari hulu sampai hilir. (*)

Penulis: Sugito