Imam memastikan DPRD Kota Kediri terus mengawal kebijakan untuk tenaga pendidik. Ia juga berpesan agar guru-guru tetap semangat. Dari segi kebijakan, DPRD akan terus mendukung dalam hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan guru. Sikap ini memperlihatkan konsistensinya sebagai legislator yang tidak sekadar berbicara dari podium, tetapi mendukung langsung praktik pendidikan di lapangan.
Terakhir, Imam menyampaikan kesediaannya kembali mengajar apabila diperlukan.
“Ya silahkan bila ada yang mengundang saya bersedia sekali untuk mengajar,” ucapnya sambil tersenyum. Kalimat itu menggambarkan sosoknya yang terbuka, tak berjarak, dan siap terjun ke ruang-ruang publik tanpa protokoler.
Kegiatan guru sehari tersebut mendapatkan apresiasi dari pihak sekolah. Guru kelas 4C SD Plus Rahmat, Eni Mas’udah, menyebut kehadiran Imam sebagai pengajar adalah kehormatan.
“Seorang wali murid di sekolah ini, Pak Imam yang kebetulan adalah anggota dewan mau berkenan memberikan inspirasi untuk anak-anak dan ikut berkontribusi dalam kegiatan peringatan Hari Guru Nasional,” jelasnya.
Eni mengatakan kegiatan serupa pernah dilakukan tahun lalu, tetapi berlangsung di rumah Imam. Baru kali ini konsepnya berbeda: seorang anggota dewan datang ke kelas dan mengajar langsung.
“Ini adalah pertama kalinya ada sosok anggota dewan yang datang ke sekolah dan mengajar langsung kepada murid-murid,” katanya.
Eni menyebut kegiatan itu berdampak nyata. “Anak-anak sangat antusias terlihat jelas antusiasme mereka dan tidak ada yang malas-malasan,” ujarnya.
Menurutnya, pemilihan materi pesawat kertas sangat tepat. Menggunakan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapat, sehingga anak-anak mudah menerima dan bisa mencoba membuat sendiri di rumah.
Ia juga menyoroti kemampuan Imam berkomunikasi dengan siswa. “Meskipun Pak Imam bukan seorang guru/pengajar, beliau bisa membaur dan mengemong anak-anak usia SD,” tuturnya.
Selama mengajar sejak 2011, Eni menyebut belum pernah ada anggota dewan yang begitu hangat berinteraksi langsung dengan siswa.
Antusiasme juga datang dari para murid. Ayu (10), siswi kelas 4, mengaku senang karena bisa praktik langsung. Ia menyebut Imam sebagai sosok yang baik, ramah, dan lucu.
Pesawat kertas buatannya pun lumayan bisa terbang, jauh lebih baik dari percobaan sebelumnya yang susah terbang. dan mainan pesawat kertas buatanya akan ia simpan dan akan dimainkan ketika dirumah, sekaligus sebagai kenang-kenangan.
” Ya nanti buat mainan dirumah,”pungkasnya.
Momentum sederhana itu memperlihatkan bahwa pendidikan lahir dari kolaborasi. Di balik lipatan kertas, terlihat sosok Imam Wihdan Zarkasyi yang meninggalkan meja rapat DPRD untuk duduk di kursi kecil siswa sekolah dasar. Ia bukan hanya berbicara tentang pendidikan. Ia hadir, menyentuh ruang kelas, dan menumbuhkan keberanian anak-anak untuk bermimpi. Di situ, brand kepemimpinannya tumbuh: pemimpin yang turun tangan, mendengar, dan mengajar.(*)





