Ia juga menyebut tiga pesan utama yang perlu dihidupkan kembali: iman harus melahirkan kepedulian, bantuan harus berubah menjadi pemberdayaan, dan kesalehan sosial menjadi ibadah sosial tertinggi.
Menurutnya, ketidakadilan di era digital seperti ketimpangan pendidikan dan akses pekerjaan, harus dijawab dengan inovasi amal usaha yang lebih strategis.
Dalam pandangannya, amal usaha Muhammadiyah perlu bertransformasi menjadi ruang inovasi sosial, bukan sekadar lembaga layanan. Aktivisme digital kader muda, gerakan ekonomi umat, serta kepemimpinan yang membumikan kesalehan sosial disebutnya sebagai agenda penting generasi baru Muhammadiyah.
Ia meyakini spirit Al-Maun tetap relevan untuk menjawab tantangan bangsa hari ini. “Di usia ke-113, Muhammadiyah bukan hanya organisasi tua. Ia adalah gerakan modern yang terus menemukan relevansi di setiap zaman,” tegasnya.
Mengakhiri refleksinya, Imam menyampaikan harapan agar Muhammadiyah terus menjadi cahaya bagi Indonesia. “Tugas generasi kita dan berikutnya adalah memastikan bahwa Al-Maun bukan hanya ayat yang dibaca, tetapi cara hidup yang diwujudkan,” pungkasnya.(*)





