“Kami yakin, dengan dibantu oleh para relawan, pegiat, dan pelaku industri yang sudah mulai sadar bahwa sampah menjadi masalah kita bersama, kegiatan hari ini bukan hanya menjadi momentum, tetapi juga harus menjadi penanaman nilai bagi seluruh masyarakat. Sehingga, masyarakat memahami bahwa sampah adalah masalah bersama. Kita membutuhkan bumi, dan bumi membutuhkan kita,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Mojokerto Muhammad Albarra menegaskan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
“Hari ini kita melaksanakan kegiatan World Clean Up Day yang diinisiasi oleh DLH Kabupaten Mojokerto. Lokus kita pagi ini adalah pasar, karena pasar merupakan salah satu penyumbang sampah terbanyak. Di Pasar Mojosari ini saja, informasinya setiap hari hampir empat ton sampah dihasilkan,” tegas Gus Barra, sapaan akrab Bupati Mojokerto.
Gus Barra mengimbau masyarakat untuk memilah dan memilih sampah sejak dari rumah dengan membedakan antara sampah organik dan anorganik. Langkah sederhana ini diyakini mampu mengurangi volume sampah yang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
“Sampah organik bisa terurai sendiri, sedangkan sampah anorganik tidak bisa terurai. Maka, sampah yang sampai ke TPA seharusnya bukan lagi sampah mentah, melainkan residu saja. Jadi, langkah ini untuk mengurangi volume sampah yang ada di Kabupaten Mojokerto,” jelasnya.
Gus Barra juga menegaskan bahwa pengurangan sampah tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi membutuhkan kolaborasi seluruh elemen masyarakat. Ia mencontohkan kegiatan edukatif yang melibatkan pelajar SMK PGRI dan SMA Negeri 1 Mojosari yang diajarkan membuat kompos dan eco-enzym dari sampah organik.
“Jadi mereka tahu nilainya, bahwa sampah ini bisa menjadi eco-enzym atau bisa menjadi kompos, sehingga sampah ini bisa dikurangi,” ungkapnya.
Kegiatan puncak World Clean Up Day Indonesia 2025 di Pasar Raya Mojosari diharapkan menjadi tonggak perubahan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah, menuju Kabupaten Mojokerto yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. (*)