Selain gizi, Rini menekankan pentingnya peran Bunda PAUD dan kader PKK dalam mengedukasi para orang tua. “Anak yang suka makan sayur dan buah itu berawal dari pola yang dibentuk di rumah. Karena itu, kami dorong para ibu untuk kreatif mengolah bahan pangan lokal agar lebih menarik bagi anak,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan, Pemkot Surabaya juga menjalankan program lokal “Aku Hatinya PKK” (Amalkan dan Kukuhkan Halaman Asri, Teratur, Indah, dan Nyaman), yang mendorong keluarga untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan bergizi.
“Makanan sehat tidak harus mahal. Dengan menanam di pekarangan, kita bisa menyediakan bahan pangan bergizi sekaligus menguatkan ketahanan keluarga,” terangnya.
Sementara itu, Sekretaris Deputi Bidang Promosi dan Kerja Sama BGN, Mochamad Halim, menjelaskan bahwa Program MBG dirancang dengan tiga manfaat utama, yakni pemenuhan gizi anak, pergerakan ekonomi lokal, dan penciptaan lapangan kerja.
Program ini menyasar peserta didik mulai TK/PAUD hingga SMA, termasuk lembaga keagamaan seperti pesantren dan seminari.
“Setiap dapur MBG akan melibatkan sekitar 45 tenaga kerja lokal, mulai dari pengolah makanan, pengemudi distribusi, hingga tenaga ahli gizi dan akuntan. Dengan begitu, program ini tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat,” jelas Halim.
Ia menambahkan, MBG juga menjadi solusi atas tantangan gizi di Indonesia, seperti stunting, anemia pada remaja putri, dan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji yang meningkat di kalangan anak-anak.
Program MBG lahir, sebutnya, selain untuk memerangi stunting dan anemia pada remaja serta ibu hamil, MBG juga bertujuan melawan tren obesitas akibat junk food serta mengatasi ketimpangan akses pangan di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Terluar). (*)