Wali Kota Eri juga menekankan bahwa kolaborasi ini tidak hanya terbatas pada satu agama. Ia menyebut, Kemenag juga memiliki penyuluh dari berbagai agama, seperti Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.
“Kami perkuat semuanya dan bergerak bersama, karena saya berharap melalui peran para penyuluh agama ini, Surabaya akan menjadi kota yang sejahtera dan bahagia,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Kemenag Kota Surabaya, Muhammad Muslim mengatakan, para penyuluh ini memiliki kelompok binaan yang cakupannya luas, bukan hanya sebatas mengajarkan membaca Al-Qur’an. Mereka juga fokus pada isu-isu sosial seperti narkoba, radikalisme, lingkungan, dan pembinaan keluarga sakinah.
“Ke depan, kami akan mewajibkan seluruh penyuluh untuk mengikuti pelatihan TOT (Training of Trainers) yang bertujuan untuk memberantas buta aksara Al-Qur’an bagi orang dewasa di Surabaya. Target kami adalah dalam satu tahun ini, 5.000 lansia yang sebelumnya tidak bisa membaca Al-Qur’an akan menjadi mahir,” kata Muslim.
Ia melanjutkan, Kemenag telah melakukan evaluasi dan menemukan adanya sejumlah guru TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang kurang aktif. Sebagai tindak lanjut, mereka akan mendapatkan pembinaan dari para penyuluh agama. (*)