Menag menekankan bahwa semakin dalam pemahaman seseorang terhadap agamanya, semakin besar kemungkinannya untuk menjalin titik temu dengan umat agama lain. Sebaliknya, pemahaman yang sempit justru melahirkan prasangka.
“Inti dari seluruh ajaran agama adalah cinta, bukan kebencian. Karena itu, Kementerian Agama mengembangkan Kurikulum Cinta, agar masyarakat sejak dini mampu hidup dengan kasih, welas asih, dan penghargaan pada sesama,” tegasnya.
Menteri Agama juga menjelaskan bahwa kurikulum ini dirancang untuk menghapus kesalahpahaman dan menciptakan kehidupan sosial yang harmonis tanpa prasangka.
Kunjungan ke Geraja Katedral dan Masjid Istiqlal ini menjadi pembuka rangkaian Silatnas FKUB dan Lembaga Keagamaan. Forum ini diharapkan tak hanya memperkuat jejaring kerukunan di daerah, tetapi juga melahirkan arah baru kebijakan berbasis nilai cinta dan keadaban untuk memperkuat fondasi Indonesia menuju 2045. (din/ais)