Kirab Manusuk Sima tahun ini juga dirangkai dengan Festival Jajanan Pasar yang memadukan cita rasa tradisional dan antusiasme publik. Pengunjung dapat menikmati aneka panganan lokal seharga Rp5.000, sembari menikmati penampilan flash mob, layanan kesehatan gratis, hingga donor darah. Kota Kediri merayakan harlah ke-1.146 dengan napas tradisi yang menyentuh banyak lapisan.
Sebagai kado istimewa, para atlet Kota Kediri mempersembahkan prestasi yang gemilang. Mereka berhasil menembus empat besar Porprov Jatim IX 2025, sebuah capaian yang menegaskan bahwa kerja keras dan pembinaan atlet lokal mulai menampakkan hasil.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Olahraga Kota Kediri, Zachrie Ahmad, menyebut Manusuk Sima sebagai refleksi sejarah sekaligus momentum untuk memperkuat identitas kota.
“Upacara ini adalah simbol dari pemberian tanah bebas pajak oleh kerajaan Mataram Kuno. Kita mulai dengan kirab prasasti oleh seniman dan budayawan, pembacaan naskah Jawa, dan tari-tarian tradisional,” jelasnya.
Zachrie menyebut, tiap elemen dalam prosesi itu tak hanya untuk estetika, tapi juga sebagai bentuk edukasi sejarah.
“Ini pengingat, bahwa kota ini pernah jadi bagian penting dari perjalanan panjang peradaban Jawa,” ujarnya.
Manusuk Sima mungkin hanya satu upacara. Tapi maknanya menjalar ke banyak hal, soal legitimasi budaya, ruang partisipasi warga, hingga arah baru Kota Kediri yang tak melupakan asal-usulnya saat menata masa depan.(*)