Di sela-sela pencarian, Mas Dhito meminta warga yang terdampak untuk dievakuasi ke lokasi yang lebih aman. Cuaca yang tak menentu dan ancaman longsor susulan masih mengintai.
“Kepada saudara kami yang terdampak, doa terbaik kami panjatkan. Semoga diberikan kekuatan dan ketabahan. Kepada seluruh warga di wilayah rawan longsor dan banjir, tetaplah waspada,” pesannya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kediri, Stevanus Djoko Sukrisno, menyebut pencarian Mbah Tekad dilakukan hingga tujuh hari sesuai SOP. Hingga hari kelima, hasilnya masih nihil.
“Melihat durasi pencarian dan kondisi sungai yang sempat banjir bandang kemarin, kemungkinan jasad korban sudah terbawa arus hingga ke Brantas. Kami tetap berusaha maksimal. Semoga ada keajaiban,” katanya.
Mbah Tekad hanyut saat sedang berada di dapur rumahnya, yang berdiri di tepi tikungan sungai. Saat hujan deras mengguyur, air sungai tiba-tiba meluap, menerjang dapur kayu reyot itu, dan menyeret tubuh rapuh Mbah Tekad ke dalam arus yang tak terbendung.
Di desa kecil itu, keluarga Mbah Tekad dan warga sekitar masih terus menunggu kabar, berharap aliran sungai kelak mengembalikan jasad orang tua mereka. Doa-doa menggantung di atas permukaan sungai yang keruh.
Kini, di sepanjang Sungai Bruni hingga Brantas, hanya doa dan harapan yang terus mengalir.(*)