Selang beberapa jam, datang perampok membunuh teman dan murid Nabi Isa, serta merampas 3 kantong berlian.
Tiga perampok setelah berhasil merampok, kata dia, meminta satu temannya beli makanan, yang dua menunggu. Dua perampok yang menunggu berniat membunuh temannya yang beli makanan, sebaliknya yang beli makanan ingin menguasai semua berlian dengan meracun 2 roti yang dibeli untuk temannya.
Dua perampok yang
bersepakat membunuh temannya, dan langsung memakan roti yang sudah diberi racun. “Nabi Isa kemudian melewati jalan itu lagi, sudah mendapatkan 4 orang mati, 3 perampok dan temannya, yang sama sama ingin memilihi harta dengan cara tidak baik,” ujar Riyadh.
Riyadh berpesan, dari cerita itu, mengandung pesan orang orang yang menjadi budak dunia dengan makan tidak jujur, dan mengumpulkan harta dengan cara tidak baik, berskibat saling membunuh.
“Oleh karena itu,
saudara saudara yang akan menjadi gurunya wasit, selain memberikan nilai yang tertulis, dan contoh di masyarakat,” harap Riyadh.
Ia menjelaskan, PSSI saat ini jalannya dipercepat untuk mencapai prestasi dunia, dan Perwasitan sebagai etalase PSSI, menjadi harapan. Sebab pembinaannya bagus, kalau wasitnya tidak bagus akan mengakibatkan prestasi tidak maksimal.
“Jadi, etalase PSSI itu, pertama wasitnya, kedua Timnasnya. Sehingga,
sebaik apapun pembinaan kalau wasit dan timnas jelek, tidak ada apa-apanya bagi PSSI,” tutur Riyadh.
Riyadh menegaskan,
PSSI menitipkan kepada wasit kepada instruktur wasit dan calon intruktur wasit, agar menjadi guru yang baik. Sebab yang
dibangun PSSI akan hancur tidak ada artinya, kalau tidak didukung guru guru yang baik,” tandasnya didampingi Sekretaris Asprov PSSI Jatim, Djoko Tetuko, dan Instruktur wasit, Mugito.
Dalam kesempatan itu, juga meminta semua diniatkan amal jariyah, mencetak wasit yang amanah dan berintegritas, “Semoga kegiatan yang mendapat keberkahan dan rahmat dari Allah SWT, sebagai usaha membawa nama baik PSSI dan Indonesia,” tutur Riyadh. (*)