Kediri  

Pers Mahasiswa Terjepit di Era Digital

Pers Mahasiswa Terjepit di Era Digital
Seminar nasional bertema "Memperkuat Perlindungan terhadap Pers Mahasiswa di Era Digital" digelar AJI bersama UNESCO di IAIN Kediri, Minggu, 4 Mei 2025. (Foto: Istimewa)

Ketua AJI Indonesia, Nany Afrida, menyoroti makin tergerusnya kebebasan pers di Indonesia. Merujuk laporan Reporters Without Borders (RSF) yang dirilis 2 Mei lalu, indeks kebebasan pers Indonesia turun ke posisi 127 dari 180 negara. Tahun sebelumnya, Indonesia berada di peringkat 111.

“Ini menunjukkan bahwa kebebasan pers masih jauh dari ideal. Pers mahasiswa pun turut menjadi korban represi, tapi jarang masuk dalam sorotan,” kata Nany dalam sambutannya.

Menurut Nany, selain menghadapi disinformasi dan ujaran kebencian, pers mahasiswa kerap menjadi sasaran sensor dan tekanan institusi, termasuk serangan digital.

 “Karena itu, penguatan jejaring dan perlindungan sangat penting,” ujarnya.

Perwakilan UNESCO, Ana Lomtadze, menegaskan bahwa pers mahasiswa memainkan peran penting sebagai media independen anak muda yang kritis dan analitis. Dalam sambutan daringnya, Ana mengingatkan bahwa tantangan baru juga datang dari perkembangan kecerdasan buatan yang berpotensi membatasi kebebasan berekspresi.

“Literasi digital kini menjadi bekal utama. Bukan hanya untuk menyampaikan informasi, tapi juga memverifikasi dan menyaringnya secara kritis,” ujar Ana.(*)

Penulis: Moch Abi Madyan