KEDIRI (WartaTransparansi.com) – Kota Kediri, yang selama ini dikenal sebagai salah satu kota terkaya, dan bahagia di Indonesia, ternyata menyimpan fakta yang mengejutkan.
Pasalnya, dalam debat calon wali kota dan wakil walikota di Insumo Kediri Convention Centre (IKCC) Jumat malam 1 November 2024. Calon wali kota nomor urut 01, Vinanda Prameswati, membeberkan bahwa Kota Kediri kini berada di posisi kedua dalam daftar kota termiskin di Jawa Timur (Jatim), hanya sedikit di bawah Kota Blitar.
Kenyataan yang Berbanding Terbalik dengan Predikat Kota Kaya dan Bahagia
Vinanda, yang berpasangan dengan ulama berpengaruh, KH. Qowimuddin Thoha (Gus Qowim), ia tanpa ragu menyampaikan data yang menggemparkan publik Kediri. Fakta ini benar-benar ironi bagi sebuah kota yang selama ini dibanggakan sebagai kota terkaya, dan bahagia.
“Menurut BPS, jumlah warga miskin di Kota Kediri mencapai 21 ribu orang pada tahun 2023, dan meskipun berkurang sedikit menjadi 19 ribu di 2024, posisi Kota Kediri masih berada di urutan kedua tertinggi dalam persentase kemiskinan di Jatim,” ujar Vinanda.
Program Prodamas yang Hanya Hamburkan Uang Tanpa Hasil
Vinanda tak ragu untuk menyoroti kegagalan besar dari Program Pemberdayaan Masyarakat (Prodamas), kebanggaan di era kepemimpinan Wali Kota Abdullah Abu Bakar. Meskipun telah menyerap anggaran fantastis hingga Rp. 144 miliar per tahun dalam periode Prodamas Plus, hasilnya jauh dari harapan.
Prodamas seharusnya bisa mengangkat taraf hidup warga miskin di Kota Kediri. Namun, kenyataannya apa? Kota yang dijuluki kota tahu ini masih di peringkat kedua termiskin se-Jatim.
Daerah Lain Berhasil Tekan Kemiskinan, Kota Kediri Justru Mandek
Data BPS Jawa Timur juga menunjukkan betapa lambatnya kemajuan penurunan kemiskinan di Kediri. Dalam tiga tahun terakhir, kemiskinan hanya turun 1,24 persen, dari 7,75 persen di 2021 menjadi 6,51 persen pada 2024. Sementara kota-kota tetangga seperti Madiun dan Mojokerto berhasil menurunkan kemiskinan dengan lebih efektif.
“Jika kota lain bisa, kenapa Kediri tidak? Ini adalah bukti nyata bahwa ada yang salah dalam kebijakan ekonomi selama ini. Tidak ada perencanaan matang, hanya janji-janji manis tanpa dampak nyata bagi warga miskin,” seru Vinanda.
SAPTA CITA: Janji Vinanda untuk Memulihkan Kediri
Dalam visinya, Vinanda memperkenalkan SAPTA CITA, tujuh program prioritas untuk menjawab kebutuhan riil warga. Program Ekonomi Kerakyatan (MERATA) adalah salah satu upaya Vinanda untuk menurunkan kemiskinan. “Kami akan fokus pada pembangunan dan perlindungan sosial, termasuk insentif bagi kader kesehatan, guru ngaji, kader lingkungan, hingga program padat karya. Program ini dirancang untuk menggerakkan ekonomi masyarakat bawah, bukan sekadar formalitas,” jelasnya.
Vinanda juga menekankan peningkatan SDM sebagai prioritas, dengan program BOSDA untuk pendidikan dasar dan beasiswa bagi mahasiswa serta atlet berprestasi. “Kami ingin generasi muda Kediri memiliki kesempatan untuk berkembang, karena SDM yang kuat adalah kunci bagi kemajuan kota ini,” tambahnya.
Respons Tak Relevan dari Bunda Fey dan Regina yang Gagal Paham
Sayangnya, paslon 01 Ferry Silviana Feronica dan Regina Nadya Suwono gagal paham terhadap fakta tersebut. Bunda Fey justru mengkoreksi dengan data persentase penduduk miskin antar kota dan kabupaten di Jatim. Apabila kota madya harus dibandingkan dengan kabupaten, tentu ini tidak relevan. Sudah semestinya kota madya dibandingkan dengan kota madya.
“Sepertinya data yang anda sampaikan tidak tepat, karena penurunan angka kemiskinan Nasional saja pada tahun 2024 itu hanya 9 poin 03 persen. Angka kemiskinan tertinggi di Jatim itu diduduki oleh Madura, jadi itu yang anda sampaikan kurang tepat,” kata wanita yang akrab disapa bunda Fey.
Bunda Fey menyebutkan bahwa beberapa kabupaten di sekitar Kediri justru mencatat persentase kemiskinan yang jauh lebih tinggi, mencapai 9,95%. Pernyataan Bunda Fey ini muncul sebagai respons atas kritik dari calon wali kota nomor urut 01, Vinanda Prameswati, yang menyoroti Kediri sebagai kota dengan persentase kemiskinan tertinggi kedua di Jatim.
“Beberapa kota dan kabupaten di sekitar kita, bahwa menduduki angka kemiskinan yang jauh lebih tinggi dari kita diangka 9,95 persen. Provinsi itu penurunannya itu 9,79 persen. Jadi capaian Pemkot Kediri diangka 6,51 persen dari tahun 2023 ke tahun 2024 itu capaian yang sangat luar biasa,” imbuh wanita yang juga istri mantan Wali Kota Kediri.
Sementara pasangannya, Regina Nadya Suwono justru mengkambing hitamkan bencana pandemi sebagai salah satu indikator penyebab kemiskinan. Menurutnya, langkah Kota Kediri yang sudah menggelontorkan APBD untuk bantuan sosial kepada masyarakat sukses menahan laju kemiskinan di Kota Kediri agar tidak semakin parah.
“Perlu diberi catatan, bahwa beberapa tahun silam bukanlah tahun yang mudah, bagi kita yang tinggal di Kota Kediri maupun di Indonesia. Dengan adanya pandemi, semua ekonomi jeblok, daya beli menurun, tapi Pemkot kediri hadir memberi bantuan tunai dan non tunai sehingga tingkat kemiskinannya bisa dibantu untuk diturunkan,” kata Regina.
Data BPS Jawa Timur yang Tak Terbantahkan
Berdasarkan data BPS terbaru, Kota Kediri berada di urutan kedua tertinggi dalam persentase kemiskinan, dengan angka 6,51 persen di tahun 2024, di bawah Kota Blitar yang mencatat 6,75 persen. Kota Kediri tertinggal jauh dari Madiun dengan 4,38 persen dan Mojokerto dengan 5,57 persen. Data ini menunjukkan betapa perlunya perubahan nyata untuk menyejahterakan warga Kediri.(*)