SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa (HC) sebagai penghargaan kepada dua kiai karena memperdalam keahlian langka. Yaitu, tentang keilmuan bahasa Arab berkaitan dengan “Metode Pembelajaran Bahasa Arab Terintegrasi” kepada Drs H Mohammad Naser Dip Tal, dan keilmuan kesusteraan dengan fokus “Menghidupkan Kembali Syair Arab di Masyarakat Indonesia”. buat KH Zulfa Mustofa.
KH Zulfa Mustofa meraih gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dengan kajian Kontribusi Keindahan Syair Arab sebagai Instrumen Penyampaian Pemikiran Pendidikan Karakter.
Penyematan anugerah Doktor Honoris Causa dilakukan Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya saat ini adalah Prof. Akhmad Muzakki, M.Ag., Grad. Dip. SEA., M.Phil., Ph.D. dan Dekan Fakultas Tarbiyah Prof Dr Muhammad Tohir.
Penganugerahan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) berlangsung di Sport Centre & Multipurpose Building KH Syaifuddin Zuhri, Jl A Yani 117 UINSA Surabaya, Rabu (25/9/2024), disampaikan di depan sidang terbuka Senat UINSA Surabaya.
Hadir Rais Syuriah PBNU KH Miftachul Akhyar, dan sejumlah pengurus PBNU dan pejabat termasuk Sekjen Kemenag Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP, M.T, juga salah satu calon Gubernur Jatim yang juga petahana, Dr (HC) Khofifah Indararawansa, juga intelektual NU Prof Dr M. Nuh serta keluarga dari KH Zulfa Mustofa dan Drs KH Mohammad Naser.
Cuplikan pendahuluan orasi, karya sastra dalam bingkai kajian kesusteraan Arab, dapat diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, nars yaitu karya sastra berbentuk prosa yang tidak terikat oleh timbangan syair, serta ketukan rima, dan yang kedua, syi’ir yaitu karya sastra bentuk badan, yang terikat oleh timbangan syair serta ketukan rimanya.
“Syair itu indah, Allah itu indah, Al-Qur’an itu indah, saya menggunakan yang indah ini untuk menyampaikan pemikiran kebenaran dengan keindahan,” tutur Kiai Zulfa Mustofa.
Penganugerahan gelar Doktor HC, Drs KH Mohammad Naser Dip Tal bersama dengan Wakil Ketua PBNU, KH Zulfa Mustofa.
H Mohammad Naser dalam orasi ilmiah menegaskan bahwa selama ini fokus mengembangkan, metode dengan fokus,
“Mengintegrasikan Berbagai Aliran dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasatulalsun Sebagai Model”.
Kisi Zulfa Mustofa menjelaskan bahwa syair itu banyak mengandung hikmah dan kata kata mutiara.
Salah satu syair
Ka‘b ibn Zuhayr atau Ka’ab bin Zuhair, setelah mendapat hidayah masuk Islam, adalah seorang penyair Arab pada abad ke-7 dan tokoh sezaman dengan Nabi Muḥammad. Ia adalah penulis Banat Suʿad (Su’ad Telah Pergi), sebuah kasidah yang memuji Muhammad. Karya tersebut adalah na’at pertama dalam bahasa Arab.
“Jadi, syair yang menjelek-jelekkan dilarang, tetapi syair yang baik diperbolehkan. Dan syair terus berkembang, termasuk di Indonesia dengan menyebutkan sejumlah syair karya ulama Indonesia, termasuk Syaikonah Kholil Bangkalan.
Bahkan, menurut kiai Zulfa Mustofa, Hadrotussyikh KH Hasyim Asyari, sebagai penyair hebat, dimana syairnya dalam memuji Syeikh Abdullah Ubaid bin Ali. Sambil membacakan syair dengan penuh hikmah dan indah dalam bahasa Arab.
Dijelaskan bahwa, mbah Hasyim (panggilan akrab Hadrotussyikh KH Hasyim Asyari) memberikan pendidikan kepada kita pendidikan karakter melalui syair. “Mungkin sudah banyak yang lupa. Oleh karena itu, saya ingin menghidupkan kembali untuk mewujudkan kata kata yang indah menuju perbuatan yang indah. Karena ulama ulama sudah memberikan contoh, untuk mendidik karakter dengan syair. Semoga bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,” kata kiai Zulfa Mustofa. (*)