Oleh Dr. Mohammad Budiono, S.Ag.,M.Pd.I
Kota Sidoarjo terkenal dengan kota udang dan Delta, karena merupakan kota penghasil ikan udang dan bandeng yang menjadi simbol kota tersebut. Ada satu kelurahan di kota Sidoarjo yaitu kelurahan/desa Pucang yang berada di pusat kota Sidoarjo. Di desa ini dulu ada sebuah langgar (musholla.red) kecil yang berada gang buntu di desa Pucang Jl. Mayjen Sungkono, no 5 Sidoarjo, langgar tersebut dikenal dengan nama “langgar Pungkur” karena bentuknya yang kecil dan sangat sederhana karena masih berdidndingkan bamboo, tetapi hari ini sudah berubah layaknya musholla-mushola pada umumnya.
Langgar Pungkur saat itu lebih didominasi dengan kegiatan pembelajaran “ilmu alat Bahasa Arab” atau nahwu shorof yang diikuti oleh banyak santri dari berbagai tempat di Sidoarjo dan sekitarnya, warga sekitar langgar hanya di bulan Ramadhan saja datang ke langgar tersebut untuk sholat Isya’ dan taraweh berjamaah, selebihnya hampir 24 jam langgar tersebut dipergunakan para santri kolong (santri yang tidak menetap) untuk belajar ilmu alat pagi hingga malam hari.
Para santri diasuh oleh ayahanda ustadz Mohammad Naser yaitu Kyai Abdurrahman yang lebih senang diopanggil mbah Dung.
Hebatnya, mbah Dung yang asli penduduk desa Pucang Sidoarjo memiliki kemampuan berbahasa Arab lisan dan tulis yang sangat luar biasa, bahkan banyak sekali memiliki teman orang-orang Arab yang berdomisili di daerah Ampel Surabaya yang juga sebagian besar pemilik toko kitab di Antaranya toko kitab Ahmad Nabhan dan Salim Nabhan yang berlokasi di Jl Panggung no 146 Nyamplungan Surabaya dan kedua toko tersebut merupakan toko kitab tertua di Indonesia, sehingga ketika penulis membeli kitab di toko dan agar mendapatkan diskon bahkan kitab gratis, maka penulis saat membeli menggunakan bahasa Arab dan yang terpenting adalah menyampaikan salam dari mbah Dung Sidoarjo.
Siapapun bisa berbahasa Arab
Ternyata bahasa Arab itu, bukan bahasa yang bisa dikuasai oleh orang Arab saja, kompetensi mbah Dung dalam berbahasa Arab nyaris sama dengan orang Arab asli baik Bahasa Arab fushha maupun ‘amiya (pasaran).
Penulis yang tidak berlatar belakang pendidikan formal mulai dasar sampai menengah alias tidak pernah sekolah di Madrasah, juga tidak pernah belajar di pondok pesantren, Alhamdulillah mampu menguasai Bahasa Arab dengan baik, bahkan di Eropa tepatnya di kota Leipziq ada professor Bahasa Arab yaitu Prof. Eckehard Schulz yang bukan hanya fasih berbahasa Arab aktif, namun juga memiliki metode pembelajaran bahasa Arab efektif dalam bukunya Modern Standard Arabic.
Sebagai alumni langgar pungkur Pucang Sidoarjo telah menyebar di seluruh Indonesia, banyak di antaranya sebagai ustadz di pondok pesantren Asshiddiqiyya Jakarta, dosen di perguruan tinggi negeri.
Putra mbah Dung yang bernama Mohammad Naser adalah putra ke 3 dari 7 bersaudara. Mohammad Naser yang lebih dikenal dengan Ustad Naser (bukan nasir begitulah kata beliau) lahir di Sidoarjo pada 25 Juni 1957. Ustad Naser sejak saat duduk di sekolah dasar terbimbing ilmu alat dan Bahasa Arabnya di langgar Pungkur oleh ayah beliau sebelum melanjutkan ke pesantren di Kediri lalu ke MA Muallimin Darul Hadits Malang. Pendidikan tunggi beliau di IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1976 dan di tahun 1987 setelah beliau mendapat beasiswa ke King Saud University Riyadh program ‘Tadrib al Mu’allimin fi Ta’lim al lughahal Arabiyya.
Madrasatul Alsun itulah nama lembaga atau sekolah bahasa Arab yang didirikan oleh Ustad Naser setelah beliau kembali dari Riyadh Arab Saudi pada tahun 1989.
Madrasatul Alsun tepatnya didirikan pada bulan Maret 1989, Madrasah berarti sekolah Alsun merupakan bentuk jama’ (plural) dari kata al lisan yang berarti Bahasa. Alhamdulillah, kita semua patut bersyukur bahwa bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran yang diajarkan di Madrasatul Alsun secara santai tetapi dengan metodoligi dan tehnik pengajaran yang sangat tepat telah terbukti memberikan bekal nyata/kompetensi berebahasa yang riil kepada santri, walaupun ibarat dinding hanya membangun sekedar pondasi dan satu batu merah, dan terus mendorong mereka para santri terus giat belajar dan belajar.
Desain Pembelajaran
Madrasatul Alsun merupakan jawaban dan solusi praktis bagi para peminta Bahasa Arab, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk memasuski dunia pondok pesantren yang memang saat itu pesantren menjadi satu-satunya tempay pembelajaran Bahasa Arab khususnya selain pelajaran kitab karena didukung oleh lingkungan, SDM Kyai dan ustadz. Saran dan prasarana di Madrasatul Alsun yang sangat minimalis tidak menjadikan halangan dan rintangan bagi ustadz Naser untuk terus mengajar dan memotivasi para peserta kursus dengan semangat membaja dan penuh kesabaran. Pendekatan humanistic benar-benar beliau terapkan dalam proses pengajaran, beliau menjadikan peserta kursus sebagai mitra belajar, sehingga beliau tidak pernah marah, tidak menegur siswa yang melakukan kesalahan dalam berbahasa seacara langsung karena akan terjadi demotivasi bagi peserta kursus, selama kesalahan tersebut bukan kesalahan yang prinsip kesalahan memilih mufradat yang pasti mengubah arti dan makna, jika hal itu dilakukan oleh peserta kursus pun, Ustda Naser menegurnya dengan mengucapkan kata atau mufradat yang seharusnya, agar peserta menirukan bukan dengan mengatakan anda salah.
Hal yang paling mendasar yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran Bahasa Arab menurut Ustad Naser adalah penyusunan dan penyesuaian kurikulum. Tanpa kurikulum, maka tidak akan ada pendidikan yang dapat terlaksana dan tujuan pendidikan pun tidak akan terwujud.
Kurikulum yang dikembangkan Ustad Naser di Madrasatul Alsun, adalah kurikulum berbasis kebutuhan peserta (hajah at thullab) yang tersebar ke dalam materi ajar, pemilihan mufradat dan tarakib. Sebagaimana penulis rasakan dan amati selama belajar dan mengajar di madrasatul Alsun (1990 – sekarang) semua peserta tidak ada yang merasa berat dan sulit kursus Bahasa Arab di Madrasatul Alsun.
Pembelasjaran sangat komunikatif, waktu belajar yang tersedia benar-benar dikuasi dan menjadi hak para peserta kursus, guru atau ustadz hanya mengambil bagian 30 menit dari 1.5 jam waktu kursus untuk menjelaskan isi materi.
Kursus Bahasa Arab di Madrasatul Alsun alan ditempuh oleh peserta selama 10 bulan yang terbagi menjadi 3 level yaitu level dasar yang ditempuh selama 4 bulan, level menengah juga selama 4 bulan dan 2 bulan materi ajar difokuskan ke materi metodologi pengajaran dan praktik mengajar. Jumlah tatap muka adalah 2 kali per minggu per pembelajaran 1.5 jam, dalam metode
Kekhasan Madrasatul Alsun.
Ustad Naser dengan Madrasatul Alsunnya membekali para santri tidak hanya kompetensi berbahasa mulai dari istima’, kala, kitabah dan qira’ah tetapi juga kompetensi tentang Bahasa atau ilmu Bahasa. Madarasatul Alsun itu tempat kursus Bahasa Arab letak kelasnya ada di sisi depan atau bangunan depan, sedangkan di belakang bangunan tersebut ada sebuah musholla yang duku dikenal dengan langgar ‘Pungkur’.
Di musholla ini lah Ustad Naser mengajarkan kepada para santri ilmu tentang Bahasa juga kajian ilmu agama lainnya, seperti semantic, sintaksis dalam perspektif ulama mujaddid, tafsir, hadis, sharaf, balaghah, bahkan ilmu pragmatic juga diajarkan di musholla ini. Kursus Bahasa Arab di Madrasatul Alsun dilaksanakan mulai dari pagi hari yaitu pukul 08.00 – 10.30 , siang pukul 13.00 – 14.30, sore 16.00 – 17.30 dan malam hari pukul 19.30 – 20.00 mulai Senin sampai Sabtu, untuk satu kelas mendapatkan hak belajar 2 kali / minggu tetapi sangat diopersilahkan untuk menambah dengan bergabung di kelaas lain dan waktu yang lain tanpa dipungut biaya tambahan.
Sedangkan kajian ilmu Bahasa dan ilmu agama yang lain disampaikan ustadz Naser 3 kali dalam seminggu mulai pk 06.00 – 08.00 dengan tetap menggunakan pengantar Bahasa Arab yang menjadi ciri khas Madrasatul Alsun.
Ustadz Naser secara rutin mendapaatkan kiriman kitab-kitab pembelajaran dan linguistic Arab dari banyak Negara di antaranya dari Malik Saud University, maka setelah kitab tersebut tida di Madrasatul Alsun akan diajarkan Ustad Naser kepada para santri pada minggu-minggu berikutnya. Madrasatul Alsun beliau desain untuk menjadi model pembelajaran Bahasa Arab sehingga para peserta mampu berbahasa Arab secara aktif. Kurikulum, materi ajar, dikembangkan sendiri oleh ustadz Naser, metodologi yang diterapkan di Madrasatul Alsun adalah gabungan dari banyak metode dengan mengambil sisi-sisi positifnya, bahkan tenaga pengajar atau ustadz Madrasatul Alsun harus alumni Madrasatul Alsun bukan alumni dari lembaga lainnya, karena para alumni telah belajar dan mengikuti alur dan langka-langka pembelajaran sekian lama di Madrasatul Alsun berulang-ulang (bersanad).
Ustadz Naser mengatakan selain Ustad Alsun sulit, bahkan tidak akan mengerti bagaimana cara mengajarkannya jika membaca buku ajar Madrasatul Alsun.
Belajar Bahasa Arab ala Ustadz Naser adalah belajar tuntas dalam kelas dan tidak ada PR (pekerjaan rumah) dan ini membuat peserta kursus sangat senang. Di saat para peserta kursus berada di dalam kelas, maka kelas tersebut menjadi satu-satunya lingkungan berbahasa (bi’ah lughawiyya) yang paling ideal, kleas menjadi hidup dan aktif karena setiap peserta dipastikan memiliki kesempatan untuk berbahasa bukan ustadz yang mendominasi dengan terlalu banyak penjelasan, begitulah kata ustadz Naser.
Sampai saat ini kurikulum, metodologi bahkan instruktur ala Madrasatul Alsun telah banyak diterapkan di banyak instansi, Pusat Bahasa UIN Sunan Ampel menerapkan metode ala Alsun sejak awal dibentuk hingga hari ini juga kampus-kampus lainnya yang bekerja sama dengan pusat Bahasa UINSA, pelajaran Bahasa Arab di Poltekes Surabaya sangat kental dengan aroma Alsun, sekolah Bahasa Arab bagi anggota TNI di sekolah Bahasa Arab PUSDIKBANMIN KODIKLATAL Surabaya, semuanya menggunakan buku ajar dan juga pengajarnya semuanya para Ustad Madrasatul Alsun.
Ustad Naser bukanlah orang yang berambisi, kecuali dalam pengajaran Bahasa Arab. Madrasatul Alsun telah memiliki perpustakaan linguistic Arab dengan koleksi ilmu Bahasa Arab, linguistic Arab, jurnal Arab terbanyak dari perpustakan Bahasa yang ada. Beliau banyak berkontribusi dan terlibat aktif dalam berbagai workshop, seminar, lokakarya baik nasional maupun internasional. Beliau pernah menjadi dosen di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya juga pasca sarjana, dosen pasca sarjana UIN Maulana Malik Ibrahim, dosen IAI AL Khoziny Sidoarjo.
Beliau juga masih menjadi anggota konsorsium Bahasa Arab Kemendikbud. Ustad Naser bercita-cita ingin menggratiskan kursus Bahasa Arab di Madrasatul Alsun, semoga hal ini terkabulkan. Aamiin. (*)
Penulis asalah Kepala Pusat Pengembangan Bahasa UINSA dan Ketua Yayasan Madrasatul Alsun.