Program ini telah diselenggarakan di 29 kota dari 2020 hingga 2023, dengan jumlah penonton yang terus meningkat secara signifikan dari 6.332 penonton di tahun 2020, menjadi 5.095 di tahun 2021, melonjak ke 9.186 di tahun 2022, dan berjumlah 10.952 di tahun 2023.
Film-film yang memperkaya jalinan budaya seperti “Nyanyian Akar Rumput”, “The Science of Fiction”, dan “Perempuan Tanah Jahanam” telah dipertontonkan, merefleksikan kekayaan dan keragaman sinema Indonesia.
Mahendra menyebut bahwa hal Ini menunjukkan tidak hanya keberhasilan dalam mempromosikan karya lokal tetapi juga peningkatan minat dan dukungan masyarakat terhadap industri film nasional.
Kegiatan serupa juga diadakan di luar negeri bekerja sama dengan sejumlah kedutaan besar Republik Indonesia (KBRI) sebagai bentuk upaya pemerintah dalam membawa film Indonesia ke panggung global.
Di sisi lain, Kemendikbudristek juga mengakui peran penting komunitas film lokal melalui inisiatif Apresiasi Film Indonesia (AFI) , yang telah berkolaborasi dengan Cinema Poetica dan Rangkai.id untuk mendata komunitas film.
Sejak dimulai pada 2022, program ini telah menjangkau 79 komunitas di 10 kota. Pada tahun 2023, program ini diperluas dengan penelitian di lima kota baru dan tiga kota dengan program tindak lanjut, menunjukkan pertumbuhan dan pengembangan berkelanjutan.
Kemendikbudristek juga secara konsisten mendukung Festival Film Indonesia (FFI), yang telah berdiri sejak tahun 1955, dan festival film regional, yang bertujuan mengapresiasi karya seniman lokal serta mengidentifikasi dan mengasah bakat-bakat muda dalam rangka menguatkan ekosistem perfilman nasional.
Sepanjang tahun 2023, terdapat lebih dari 20 film yang memiliki penonton lebih dari 1 juta orang, seperti “Sewu Dino” (4.891.609), “Air Mata di Ujung Sajadah” (3.127.671) dan “Petualangan Sherina 2” (2.414.504), menunjukkan diversifikasi genre dan minat penonton yang luas.
“Untuk beberapa film kami fasilitasi menggunakan anggaran Kemendikbudristek untuk mengorganisir pemutaran khusus atau nobar, kami ingin minat penonton terjaga, dan angka capaian jumlah penonton di 2023 mencerminkan meningkatkannya apresiasi masyarakat terhadap film-film nasional dan menunjukkan adanya pertumbuhan yang stabil dalam industri perfilman di Indonesia,” ujar Mahendra.
Lebih lanjut, Kemendikbudristek telah meluncurkan platform Indonesiana.TV sebagai bagian dari program Merdeka Belajar Episode 13 dengan tema “Merdeka Berbudaya dengan Kanal Indonesiana” pada 3 September 2021.
Selain itu, Kemendikbudristek memberikan dukungan melalui travel grant untuk sineas Indonesia yang berpartisipasi di festival film internasional, menyediakan akomodasi perjalanan sebagai upaya nyata pemerintah dalam memperkuat ekosistem perfilman nasional tanpa mengintervensi proses kreatif
Kemendikbudristek juga telah membuka program Fasilitasi Bidang Kebudayaan kategori sinema mikro melalui bantuan Dana Indonesiana.
Mahendra mengatakan dengan fokus pada peningkatan kualitas dan visibilitas film Indonesia baik di pasar domestik maupun internasional, serta pengembangan SDM dan infrastruktur pendukung, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk memposisikan diri sebagai pemain penting dalam industri film global.
“Melalui komitmen dan strategi yang komprehensif, masa depan perfilman Indonesia tampak cerah, dengan potensi yang besar untuk terus tumbuh dan berkembang,” pungkas Mahendra. (*)