“Sekarang ini, bisa disaksikan rombongan (keluarga) termasuk anak dan perempuan berduyun-duyun mendatangi stadion untuk ikut menyaksikan. Ini membuktikan, bahwa zaman sepakbola telah menjadi virus yang menjanjikan ke depan dan sangat prospek,” ulasnya.
Dalam jumpa pers dan dialog terbuka tersebut, juga dihadiri Wakil Ketua Asprov PSSI Jatim Amir Burhanuddin dan Sekretaris Asprov PSSI Joko Tetuko, menyoroti zero toleransi, menghormati dan menjunjung aturan sehingga terjadi prosedur yang sejalan, termasuk rule of the game.
Ada proses dan lobi panjang, PSSI dengan FIFA. Misalnya, tentang stadion dan jumlah penonton. Termasuk, saat pembukaan. Jadi, kita memang harus belajar penyelenggaraan hingga proses transformasi yang lebih kompleks dalam pelaksanaan di lapangan.
“Asprov PSSI Jatim akan terus mengkaji sistem kepelatihan dengan persepsi yang sama, yaitu sistem penggabungan model negara mana sehingga diperlukan waktu yang relatif namun menu materi permainan sudah jelas,” kata Amir.
Beberapa kekurangan turut menjadi sorotan, seperti pelayanan shuttle bus, kuliner, dan kurangnya promosi. Sebaliknya, beberapa tim peserta juga merasa nyaman dan terhibur, bisa bermain di stadion megah dengan fasilitas standar FIFA. (*)