Momen Bersatunya Suporter Persebaya & Arema dalam Upacara Piala Dunia U-17 di Stadion GBT

Momen Bersatunya Suporter Persebaya & Arema dalam Upacara Piala Dunia U-17 di Stadion GBT

Setelah pertemuan di Surabaya gantian Suporter Arema yang menjamu kami di Kebun Teh Lawang, Kabupaten Malang. Disana kembali terjadi diskusi yang sangat guyub antara suporter Persebaya dengan suporter Malang. Lagi-lagi beberapa Ketua Korwil Aremania mempunyai visi yang sama untuk berdamai. Mereka tidak ingin mewariskan permusuhan kepada anak cucu kita. Setelah diskusi yang sangat intens, kami menyampaikan pesan sebelum kami pulang bahwa kami akan mengundang saudara-saudara kita Suporter dari Malang sebanyak 30 orang untuk Nribun Bareng pada acara Pembukaan Piala Dunia U-17 tanggal 10 November 2023 di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya. Pada saat itu kami berjanji untuk datang lagi ke Malang sebelum tanggal 10 November 2023 demi mematangkan rencana Nribun Bareng tersebut.
Tanggal 5 November 2023 tepat 5 hari sebelum hari H kami pilih sebagai waktu yang tepat untuk berkunjung ke Malang. Kebetulan tanggal 5 November adalah hari Ahad atau hari Minggu dimana Shandy dan penulis lagi libur bekerja. Kami langsung menuju ke Karangploso, Kabupaten Malang untuk menemui salah satu Tokoh Arema yaitu Sam Wijo Carlos (Carang Ploso).

Ketika diskusi di Rest Area Karangploso (salah satu cafe milik Sam Wijo) tiba-tiba terdengar kabar bahwa salah satu mantan pemain Persema Malang yang bernama Yohanes Geohera akan datang bergabung untuk diskusi. Mendengar nama Yohanes Geohera langsung menggugah memori penulis pada Kompetisi Perserikatan Divisi Utama tahun 1991/1992 dimana ada suatu pertandingan Persema Malang menjamu Persebaya Surabaya di Stadion Gajayana Malang. Penulis yang kala itu masih kelas 3 SD benar- benar teringat bahwa Persema Malang melakukan aksi teror kepada Persebaya Surabaya dan salah satu aktor utamanya adalah Yohanes Geohera. Dialah pencetak gol tunggal dimana laga tersebut dimenangkan Pesema Malang dengan skor 1-0.

Obrolan yang semakin menarik ini kita lanjutkan ke Oro-Oro Kota Batu dimana “sang aktor” Yohanes Geohera ikut bergabung dalam diskusi tersebut (sebelumnya di cafe Sam Wijo Yohanes Geohera belum bergabung). Di sebuah cafe Oro-Oro Kota Batu itulah, Yohanes Geohera menceritakan semua tentang kronologis aksi teror yang dilakukan dirinya dan seluruh komponen Persema Malang terhadap Persebaya Surabaya pada Kompetisi tahun 1991/1992. Berawal dari pertandingan sebelumnya dimana Persema Malang menjalani laga away ke Makassar untuk melawan PSM.

Disana pemain Persema diteror habis-habisan, bus Persema dilempari hingga kacanya pecah, pemain dipukul sampai akhirnya PSM dapat mengalahkan Persema 2-0. Sepulang dari laga di Makassar, pemain Persema pulang dengan penuh emosi. Apalagi protes ke PSSI tidak digubris pada saat itu. Sial bagi Persebaya karena laga berikutnya harus dijamu Persema di Gajayana. Emosi yang memuncak inilah dilampiaskan kepada pemain Persebaya. Yohanes mengakui sebelum laga Persebaya dia minta disuntik kepalanya untuk meredam emosi yang menyala-nyala. Akhirnya pada saat warming up menjelang laga Persema vs Persebaya, aksi teror dimulai. Yohanes Geohera langsung memukul Yusuf Ekodono (bintang Persebaya kala itu karena baru saja ikut menyumbangkan medali emas Sea Games 1991) tanpa alasan yang jelas. Yohanes mengakui waktu itu dia sudah gelap mata. Penulis yang waktu itu menonton melalui televisi melalui siaran tunda masih mengingat dengan jelas bahwa pertandingan itu sarat dengan teror, bahkan ada tulisan “Barmen haram masuk lapangan” (Moh. Barmen adalah Manajer Persebaya saat itu). Rasa penasaran penulis terjawab dengan cerita Yohanes Geohera tersebut. Karena sejak pertandingan itu sampai sebelum bertemu Yohanes Geohera, penulis selalu bertanya-tanya kenapa Persebaya diteror dalam pertandingan itu. Di akhir obrolan, Yohanes Geohera sambil menitikkan air mata, meminta maaf kepada seluruh Suporter Persebaya atas kejadian tersebut yang menyebabkan adanya “permusuhan” antara suporter Surabaya dengan Malang dan mulai saat ini ayo kita akhiri permusuhan tersebut. Yohanes Geohera mengakui setelah kejadian tersebut selama 7 tahun tidak berani pulang ke Surabaya. Yohanes Geohera mengawali karier di Niac Mitra, dia juga turun sebagai pemain pengganti ketika Niac Mitra mengalahkan Arsenal 2-0, kemudian setelah berdirinya Arema tahun 1987 dia bergabung ke Arema atas perintah dari alm. Acub Zainal. Dan tahun 1991 bergabung dengan Persema Malang.

Nah, peristiwa antara Persema vs Persebaya pada Kompetisi Divisi Utama Perserikatan tahun 1991/1992 inilah sebagai awal “permusuhan” Suporter Persebaya dan Malang dalam konteks sepakbola (sebab ada yang menulis bahwa awal permusuhan suporter Surabaya dan Malang ini karena konser musik Kantata di Tambaksari tahun 1990). Kemudian dilanjutkan dengan peristiwa Nurkiman tahun 1995, kerusuhan Tambaksari 2006, peristiwa Sragen 2015 dan puncaknya adalah Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022. Sudah lebih dari 30 tahun “permusuhan” ini terjadi, sekali lagi ayo “permusuhan” ini harus segera diakhiri. Damai itu indah, bersatu itu membuat kita teguh, bersaudara itu nyaman. Orang Surabaya banyak yang punya saudara bahkan istri orang Malang begitu juga sebaliknya. Bahkan sebuah fakta yang penulis sampaikan diatas “Korban Kanjuruhan adalah Aremania tapi kakeknya adalah Bonek sejati”. Jadi tidak ada alasan untuk memelihara permusuhan.

Kembali lagi soal obrolan dengan Yohanes Geohera tadi. Setelah ngobrol panjang lebar di Oro-oro, pertemuan ini ditutup dengan penambahan tiket 1 orang khusus undangan kepada Yohanes Geohera untuk Nribun Bareng Pembukaan Piala Dunia U-17 di GBT. Jadi total tiket yang diberikan secara gratis kepada Saudara kita Suporter dari Malang sebanyak 31 tiket. Sepulang dari Kota Batu, penulis dan Shandy berdiskusi untuk mendatangkan Yusuf Ekodono. Jadi biar lengkap, Legenda Arema diwakili oleh Yohanes Geohera dan Legenda Persebaya diwakili oleh Yusuf Ekodono. Kebetulan keduanya adalah pelaku dan saksi peristiwa 1991/1992. Ternyata ada momen keesokan harinya Yusuf Ekodono bakal datang di acara Mengundang Legend Persebaya Memeriahkan Piala Dunia U-17 di Kedai Ketan Punel di depannya Taman Bungkul Surabaya. Setelah sholat maghrib berjama’ah antara penulis dan Yusuf Ekodono, disampaikanlah niat kami untuk mendamaikan suporter Persebaya dan Arema dan disambut baik oleh Yusuf. Bahkan Yusuf menyarankan ada deklarasi atau ikrar perdamaian.

Tibalah saatnya yang ditunggu-tunggu Jum’at, 10 November 2023. Bermarkas di Radio Suzana atau yang lebih dikenal dengan Radio Bonek Jalan Walikota Mustajab 62 Surabaya akan menjadi saksi sejarah Suporter Arema akan nribun bareng Suporter Persebaya di home base Persebaya Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya. Sebelum kedatangan saudara-saudara kita dari Malang, penulis dikejutkan dengan kedatangan Tommy Welly (pengamat sepakbola) yang terkenal dengan sebutan Bung Towel. Towel akan menjadi saksi bersatunya suporter Arema dan Persebaya. Pada jam 9 suporter dari Malang mulai berdatangan di radio Suzana. Tepat pada pukul 10.00 Shandy melakukan siaran radio. Tapi siaran radio kali ini sangat spesial karena dihadiri oleh Suporter Arema dan Tommy Welly. Setelah siaran, momen ikrar damai akan segera dilaksanakan. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya bahwa momen ikrar damai akan dilakukan di depan makam pendiri Persebaya Pamoedji. Tepat di depan makam Pamoedji, ikrar damai dibacakan oleh Yusuf Ekodono mewakili Legenda Persebaya dan Yohanes Geohera mewakili Legenda Arema. Setelah ziarah ke makam Pamoedji, kami berziarah ke makam Pahlawan Nasional Bung Tomo yang namanya diabadikan sebagai nama stadion pembukaan Piala Dunia U-17.

Beliau di tahun 1945 lewat orasinya dapat mempersatukan pemuda-pemuda bukan hanya Surabaya tapi juga Malang, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo dsb. Semangat dari Bung Tomo inilah yang dapat mengingatkan kita bahwa Suporter Surabaya dan Malang harus bersatu kembali.

Setelah sholat Jum’at tepatnya pukul 13.30 Suporter Arema berjumlah 31 orang dan Suporter Persebaya dengan jumlah yang sama berjalan beriringan menuju ke Balai Kota Surabaya untuk selanjutnya naik Shuttle Bus menuju ke Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya. Sebelum masuk ke stadion, Shandy dan Abah Khoiron memberikan pengarahan bahwa momen yang ditunggu-tunggu telah tiba. Oleh karena itu kita tidak ada hentinya bersyukur kepada Tuhan YME atas anugerah ini. Setelah menikmati pertandingan Maroko vs Panama yang berkesudahan 2-0 untuk kemenangan Maroko kemudian kita sesaat menikmati Opening Ceremony yang sangat singkat.

Momen bersatunya Suporter Persebaya dan Arema di tribun selatan Stadion GBT nampak sangat kompak ketika menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Kita tidak hanya berdiri menyanyikan, tapi Suporter Arema telah menyiapkan bendera berukuran 25 meter untuk dikibarkan diatas tribun selatan sambil menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Frangky Chandra mengakui sebelum masuk ke Stadion GBT sempat meneteskan air mata karena cita-cita untuk mendatangkan Suporter Arema untuk nribun bareng Suporter Persebaya akhirnya terwujud. Meskipun awalnya hanya 31 orang tapi ini adalah tonggak awal dimulainya perdamaian untuk skala yang lebih besar.

Saking terharunya, Frangky Chandra lagi-lagi harus merogoh kocek lebih dalam untuk mentraktir makan malam setelah pertandingan di sebuah restoran cepat saji di kawasan Jalan Basuki Rakhmad Surabaya. Sebelum Suporter Arema pulang ke Malang, Frangky berpesan bahwa event ini hanyalah awal, akan ada event berjenjang yang tujuannya mengajak damai untuk Seluruh Suporter Persebaya dan Arema (Bonek dan Aremania) dalam skala yang lebih luas. Pesan Frangky tersebut diamini oleh Sam Wijo yang sudah menyiapkan suatu event di Malang untuk mendidik generasi muda bahkan mungkin mulai dari TK sudah kita perkenalkan persaudaraan antara Bonek dan Aremania. Momen makan malam di restoran cepat saji tersebut mengakhiri event yang sudah disiapkan sejak tanggal 23 September 2023 tersebut. Melalui tulisan ini penulis berpesan kepada Seluruh Suporter Persebaya dan Arema,,, Ayo Berdamai… Damai-damai Saudaraku !!!

*) Penulis adalah Ardiansyah (Pecinta Sepakbola Jawa Timur sejak PON Jatim menjadi Finalis Cabor Sepakbola Putra pada Event Pekan Olahraga Nasional tahun 1989)