Jika sinar ini semakin menerangi hati kita, pintu kasyaf itu sudah semakin terasa untuk difahami sebagai tanda ada hubungan batin yang mampu mengintai kehendak Allah. Ilham itu sangat jelas baik fujur dan takwa.
Rejeki itu sangat jelas ketika Allah sudah menunjukkan. Wujud ada hubungan yang baik dengan Allah. Barokah, ilham, riqqah serta rasa tenang adalah suatu keadaan yang bisa dilihat oleh hati manusia yang bersih. Sebaliknya gundah, gelisah dan kemarahan juga bisa dilihat dengan jelas oleh hati kita. Bukan pada otak kita. Dan hati itu mampu berjalan menuju Allah.
Orang-orang yang dadanya dilapangkan untuk menerima Islam, mengamalkan Islam, memperjuangkan Islam dan mempertahankan Islam itu semua merupakan *‘ala nurii robbi* atas cahaya yang diberikan Allah.
Allah Maha Berkehendak, memberikan cahaya hidayah-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki saja. Jika suatu saat kita menghadiri suatu majelis, berjalan menuju masjid, maka perlu ditanamkan dalam pikiran kita adalah, “Alhamdulillah, Allah telah memberikan hidayah-Nya kepada kita”.
Dengan adanya hidayah Allah tersebut, maka doa untuk memohon selalu diberikan hidayah Allah merupakan doa yang wajib kita panjatkan. Setiap hari minimal 17 kali. Doa ini selalu kita ucapkan dalam setiap salat yaitu:
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (Al-Fatihah:6)
Dengan seringnya kita mengucapkan dan melafadzkan ayat tersebut artinya hidayah Allah itu sangat penting dalam kehidupan manusia. Bukan hanya main kalimat dan pandai mengolah kata, tapi masih jauh dari Rahmat, Ridlo dan Hidayah-Nya.
Hidayah ini tidak bisa dibeli, tidak bisa pula dipesan. Hanya Allah yang berhak memberikan hidayah ini kepada hambaNya yang dikehendaki.
Bahkan paman Rasulullah SAW pun tidak diberikan hidayah Allah, meskipun sudah membantu perjuangan Rasul saat penyebaran Islam. Setiap doa Rasul sematkan permohonan tersebut, Rasul tangisi dan mengharapkan bahwa pamannya dapat mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun Allah mengatakan kepada Rasul dalam surat Al Qashah ayat 56:
إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
Begitu pula dalam QS Al Baqarah ayat 272:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ
“Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Semoga di tahun baru Hijriyah 1445, kita semua menjadi insan Kamil, manusia yang berakhlak, yaitu mampu meng-Allah-kan Allah, memanusiakan manusia dan mengalamkan alam. Wallahu a’lam bish-showab. (*)