“Itu nanti sama seperti Romokalisari. Jadi ketika masuk ada tiket, akan ada naik perahu, naik ATV dan makan (kuliner). Tapi semuanya kembali ke masyarakat untuk mengurangi kemiskinan,” bebernya.
Disebutkan pula, Kebun Raya Mangrove Surabaya memiliki koleksi 57 spesies tanaman. Bahkan, saat ini juga tengah dilakukan eksplorasi 3 jenis baru yang akan menambah koleksi. Lebih dari itu, pihaknya juga berencana untuk melakukan kerja sama dengan wilayah lain yang memiliki mangrove.
“Kalau di daerah lain ada jenis mangrove berbeda dengan di Surabaya, kita taruh di sini. Sehingga kebun raya ini semakin sempurna dengan semua jenis mangrove yang ada di Indonesia dan luar negeri juga,” ujarnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Kemitraan Riset dan Inovasi BRIN, Muhammad Amin menyampaikan, bahwa terdapat lima fungsi kebun raya. Di mana salah satu fungsinya selain sebagai tempat wisata, edukasi juga penelitian.
“Jadi nanti kita berharap di Kebun Raya Mangrove ini adalah salah satu wadah untuk peneliti-peneliti. Dari perguruan tinggi dan mahasiswa juga bisa untuk masuk sini meneliti mangrove,” katanya.
Amin mengatakan, Kebun Raya Mangrove Surabaya adalah yang pertama di Indonesia. Sebab, dari keseluruhan jumlah kebun raya yang ada di Indonesia, khusus untuk mangrove masih belum ada.
“Dari 46 kebun raya secara nasional di Indonesia, Kebun Raya Mangrove kita belum punya. Nah, (di Surabaya) inilah satu-satunya Kebun Raya Mangrove secara nasional,” ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya berharap, setelah diresmikan oleh Megawati Soekarno Putri, pengelola dapat melakukan eksplorasi mangrove. Bagaimana mencari bibit-bibit mangrove dari wilayah lain untuk kemudian ditanam di Kebun Raya Mangrove Surabaya.
“Jadi kalau ada masyarakat umum ingin berwisata atau mencari pengetahuan tentang mangrove apa, dari wilayah mana, semua ada di sini. Tujuan utamanya di situ. Kita berharap ini menjadi center (pusat) Kebun Raya Mangrove di Indonesia,” tukasnya. (*)