“Kalau bisa program untuk ramah difabel yang kemudian diintegrasikan di galeri investasi,” tuturnya.
Lebih lanjut Emil mengatakan, mereka yang bekerja di galeri investasi harus dapat memberikan pemahaman risiko kepada masyarakat. Tujuannya, agar mereka tidak terjebak investasi bodong.
“Saya berharap banyak yang mulai main ke instrumen equity. Cuma itu tadi harus hati-hati agar tidak terjebak dalam investasi bodong,” ucapnya.
Tidak hanya itu, yang tidak kalah penting setelah investasi, adalah perlunya time horizon yang jelas. Yakni panjang total waktu yang diperkirakan akan dipegang oleh investor untuk menetapkan horizon waktu investasi apapun. Biasanya ada kaitannya dengan tujuan dan maksud investor.
“Literasi investasi bagi masyarakat harus dicari kurikulumnya karena tidak mungkin semua punya pemahaman finance. Kata kunci yang paling sederhana adalah jangan meletakkan telur di satu keranjang, karena ketika jatuh akan pecah semua,” jelas Emil.
Lebih lanjut, Provinsi Jatim menempati peringkat kedua dalam demografi total Securites Undustry Essentials Examination (SID) dengan jumlah peserta sebesar 1.420.145. Tingginya SID di Jatim menunjukkan bahwa masyarakat Jatim memiliki kesadaran dan pemahaman yang lebih tentang prinsip-prinsip dasar industri. (*)