Surokim, Manuver PPP Tekanan Berat Golkar dan PAN

Surokim, Manuver PPP Tekanan Berat Golkar dan PAN
Peneliti dan pengamat politik SSC (Surabaya Survei Caenter) dari Univ. Trunojoyo (UNIJOYO) Surokim Abdussalam

SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Salah satu anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) resmi bergabung dan mendukung Ganjar Pranowo, Capres PDI Perjuangan. Apakah hengkangnya PPP  karena KIB tak kunjung menentukan sikap soal Capres dan Cawapres 2024 ?

Peneliti dan pengamat politik SSC (Surabaya Survei Caenter) dari Univ. Trunojoyo (UNIJOYO) Surokim Abdussalam berpendapat, Ya harus diakui dengan kejadian PPP melakukan declare terlebih dahulu tanpa konsultasi dengan anggota partai lain dalam mendukung capres, KIB termasuk koalisi yang rentan, rapuh dan mudah goyang.

“Selama ini kebersamaan mereka (Golkar, PAN, dan PPP) bisa dibilang hanya untuk mengisi waktu kosong saja tanpa punya ikatan yang kuat sebagai anggota koalisi untuk bersama sama,” kata Surokim kepada Wartatransparansi.com, Jumat (28/4/2023).

Terus terang energi yang dikeluarkan mereka selama ini menjadi sia sia dan tak berguna. Jadi kebersamaan mereka selama ini ya ibarat  partai partai sedang janjian ngopi2, kongkow2 di mall  berkumpul bersama sekadar untuk menghabiskan waktu senggang terus pulang sendiri2 tanpa ada ikatan dan komitmen jalan bersama.

Padahal ketika KIB dideklarasikan, masyarakat menaruh harapan besar pada KIB. Simpati dan dukungan terus mengalir sebagai koalisi yang mengedepankan gagasan dan ide.

Ya memang politik itu dinamis dan tergantung momentum, tetapi dalam pandangan saya semestinnya kalau sudah bergabung ke koalis KIB ya ada fatsun yang harus dihormati oleh anggota.

Semestinya PPP ya mengkomunikasikan lah dukungannya ke KIB terlebih dahulu yakni ke anggota yang lain PAN dan Golkar. “Menurut saya PPP kali ini sudah mencuri start di KIB dan sudah jalan sendiri. Seolah PPP saat ini seperti bukan lagi anggota koalisi,” tandas Surokim.

Aneh juga jadinya, lalu untuk apa selama ini ada dan bersama di KIB. Ya aneh tapi nyata.

Tetapi fakta politik kata Surokim, bisa saja terjadi karena pembentukan koalisi masih sebatas menyamakan platform2 saja dan belum sampai pada bahasan siapa paslon (pasangan calon) yang akan di usung. Jika PPP sudah memberi dukungan sendiri bagaimana ya saya anggap KIB itu ya wujuduhu kaadamihi (adanya sama juga dengan tidak adanya)

Tentu ini menjadi tekanan berat juga untuk PAN dan Golkar jika mau meneruskan KIB tentu harus menambah anggota lain untuk bisa memenuhi syarat PT 20%.

Dan Ini tentu tidak mudah jika melihat konstelasi yang ada.  PPP menurut saya telah mengambil momentumnya sendiri tanpa berpikir tentang KIB dan ini bisa saja menjadi fait accompli kepada PAN dan Golkar untuk juga mendukung mas Ganjar.

Menurut Surokim, manuver PPP ini sekaligus menunjukkan bahwa KIB selama ini memang hanya sebatas koalisi kumpul kumpul saja tanpa kebersamaan.

PPP tentu ingin menguatkan posisinya dalam koalisi baru dan mendapatkan cottail efek lebih signifikan untuk Pemilu 2024

Golkar dan PAN harus berjibaku lagi untuk mendapatkan momentumnya dan itu bisa membuat keduanya jalan bersama lagi atau juga pecah kongsi. “Ini tekanan berat bagi Golkar dan PAN,” ujar Surokim kembali menegaskan. (samuel/amin)