Sukses Menenun Ibadah, Cerdas Menjaga Fitrah

Sukses Menenun Ibadah, Cerdas Menjaga Fitrah
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Idul Fitri dan Kembali ke Fitrah

Sebagaimana diketahui Idul Fitri (Hari Raya Idul Fitri) adalah kembali kepada kondisi fitrah, yakni kondisi awal penciptaan manusia. Dalam Al Qur-an surat Ar Ruum ayat 30 Allah berfirman, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Fitrah Allah adalah janji manusia ketika ruh dimasukkan pada jasad ketika masih berubah janin, ialah janji untuk mengabdi dan mengabdi. Sehingga selain melaksanakan sholat dan zakat, dalam hubungan dengan Allah SWT melaksanakan berbagai perintah dan menjauhi berbagai laranganNya. Dalam berhubungan dengan manusia menjaga citra jiwa bermarwah dengan amal sholeh dan akhlak mulia. Yang hal itu tidak mungkin terlaksana (amal sholeh dan akhlak mulia) jika tidak diberi Allah SWT ketetapan iman, Islam, Ikhsan, (dengan) Ilmu dan (secara) ikhlas.

Hasil menenun ibadah selama bulan suci Ramadan, bahkan terkesan ada semacam perlombaan beribadah, karena begitu semangat dan penuh dengan penjagaan martabat kemanusiaan dalam menjalankan amanat Ilahi Robbi. Apakah akan mampu dipertahankan pada bulan bulan selanjutnya. Atau justru dalam waktu singkat akan melayang hilang karena (dendam) dengan melakukan perbuatan atau amalan yang sesungguhnya dilarang Allah SWT.

Mengulang kembali menenun ibadah pada bulan suci Ramadan, seperti puasa wajib, sholat Taraweh, zakat fitrah, Lailatul Qadar, dan perlombaan ibadah lainnya.Tentu tidak mungkin karena bulan Ramadan sebagai bulan milik umat (manusia), mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki bulan lain, walaupun bulan milik Allah SWT (Rajab) dan bulan milik Nabi Muhammad (Sya’ban). Oleh karena itu, dengan kecerdasan menjaga marwah ibadah sekaligus menjaga fitrah, merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Menjaga fitrah dengan kecerdasan ibadah sekaligus bermartabat mengawal amanat hidup dalam kehidupan, karena Allah SWT sudah mengabarkan dalam firmanNya, Surat Attin ayat 4-8;

(4) “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; (5) “kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya; (6). “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya”.; (7). Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu?” (8). Bukankah Allah hakim yang paling adil?

Jika kita tidak kau merugi dan mampu dengan cerdas menjaga ibadah hasil salama menempuh perjalan pada bulan suci Ramadan, dengan predikat fitrah. Allah SWT pada surat Al Ashr memberikan perunjuk; bahwa saat Allah SWT telah bersumpah atas nama waktu, celakalah (merugilah)bagi manusia yang menyia-nyiakan waktunya untuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat. Kecuali orang yang memiliki keimanan, selalu menjalankan amal soleh, dan saling berwasiat terhadap kebenaran dan kesabaran.

Semoga predikat fitrah pada Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriyah ini mampu membawa kita (karema semata mata pertolongan Allah SWT), senantiasa bersyukur dan bersabar, setelah melakukan berbagai ikhtiar atau usaha tentang kebaikan. Karena syukur dan sabar akan menjadi perisai dalam menjaga kehidupan penuh dengan marwah. (*)