Jika pelangi warnanya tetap itu-itu saja, sinaran matahari yang masih lembut ini dapat berubah tiap hari.
Hamba tidak tahu, kenapa dapat begitu. Sama halnya hamba tidak faham, apakah warnanya memang asli seperti yang terlihat, ataukah itu hanya kesan di mata kita, tetapi warna sebetulnya berlainan. Hamba bukan ahli ilmu falak atau astronomi, jadi hamba tidak faham soal fenomena apa di balik itu.
Satu hal yang jelas, pemandangan bersamaan antara masih ada bulan dan sudah mulai ada gejala kemunculan matahari yang sudah kebelet mau terbit sehingga memancarkan komposisi warna-warni yang lebih baik dari seribu lukisan, meski pada tempat yang berseberangan, dalam waktu konsisten, begitu mempesona. Menakjubkan.
Setidaknya bagi hamba.
Buat memperoleh pemandangan itu, kita tak harus pergi jauh-jauh ke berbagai pantai wisata. Tak perlu menghamburkan banyak duit. Tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga. Cukup tenggok saja langit setelah sholat subuh berjemaah di mesjid, kita dapat melihat pemandangan semacam itu. Tak hanya sehari dua hari ketika kita jadi pelancong, tapi dalam sepanjang tahun, selama tidak mendung atau hujan.
Disinilah satu manfaat dan keuntungan kita sholat subuh berjemaah di mesjid. Kita diberi pemandangan di pengujung subuh nan indah.
Kakau kita tidak sholat
subuh berjemaah di mesjid, sulit kita memperoleh kesempatan memperoleh pemandangan demikian.
Ini juga bagian dari nikmat dari Allah. Nikmat yang hanya diberikan kepada kaum jemaah subuh yang sholat subuh berjemaah di mesjid dan tidak diberikan kepada mereka yang lebih suka tidur ketimbang sholat subuh berjemaah di mesjid.
T a b i k. (*) Bersambung…..
WINA ARMADA SUKARDI, _wartawan dan advokat senior, dan Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi.