Menyelami Samudra Al-Fatihah Di Bulan Penuh Berkah

Menyelami Samudra Al-Fatihah Di Bulan Penuh Berkah
Cholid Maarif

Dari keterangan singkat ini kita ketahui betapa moderatnya Syaikh an-Nawawi dalam mengelaborasi minimalnya dua pendapat terkait posisi surah Al-Fatihah yang ditanggapi secara berbeda oleh para ulama masa itu.

Kemudian menginjak pada kandungan maknanya, Syaikh an-Nawawi mengungkapkan bahwa surah Al-Fatihah mengandung empat macam ilmu, yaitu: ilmu inti (al-ushul), ilmu cabang (al-furu), ilmu kesempurnaan (tahshil al-kamaalat), dan ilmu kisah-kisah (al-qishash). Ilmu inti terbagi menjadi dua yaitu tentang ketuhanan yang terkandung dalam ayat “alhamdulillahi rabbil aalamin” (segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam) dan tentang kenabian yang termaktub dalam ayat “alladzina anamta alaihim” (mereka yang telah Engkau beri nikmat) dan ayat kondisi akhirat dalam lafaz “maaliki yawmi al-diin” (Yang Merajai hari pembalasan).

Maksudnya, aspek kenabian adalah seperti orang-orang yang telah diberi kenikmatan yaitu para nabi hingga kenikmatan di akhirat.

Selanjutnya ilmu cabang yang terbagi menjadi dua unsur yaitu “maaliyah” (aspek harta) dan “badaaniyah” (aspek jasmani).

Kedua aspek tersebut terbagi kembali ke dalam urusan mata penghidupan berupa bidang “muamalah” (interaksi sosial) dan “munaakahat” (pernikahan) yang tidak lain mengandung aturan hukum berupa perintah dan larangan di dalamnya yang harus dipatuhi. Bagian makna kedua ini, masih dalam momentum Ramadan, mengingatkan kita akan pentingnya perintah untuk menunaikan pembayaran zakat fitrah (badaniyah) dan zakat harta (maaliyah) jika sudah mencapai ketentuan. Alih-alih meramaikan mall yang hanya memenuhi nafsu hedonis ke pusat-pusat perbelanjaan jelang lebaran.

Ketiga adalah ilmu yang mengantar pada kesempurnaan yaitu ilmu akhlak yang berupa sikap istiqomah (konsisten) dalam menempuh suatu jalan (al-thoriqoh) yang ditandai dengan penggalan ayat “iyyaka nastain” (hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan).

Jalan yang dimaksudkan disini adalah jalan syariat yang lurus sebagaimana tersurat pada lafaz “shiroth al-mustaqim” (jalan yang lurus). Keempat adalah ilmu atau pengetahuan tentang kisah-kisah yang berisikan pemberitaan ihwal umat-umat terdahulu dengan gambaran (1) orang-orang yang bahagia yaitu para nabi dan selainnya sebagaimana redaksi “alladziina anamta alaihim”. Serta (2) orang-orang yang menderita seperti kaum kafir sebagaimana redaksi ayat “ghoiri al-maghdhuubi alaihim wa laa al-dzoollin” (bukan seperti mereka yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang tersesat).

Demikianlah penjelasan sebagian makna surah Al-Fatihah yang telah diwariskan ulama Nusantara pendahulu semoga mampu menghantarkan kita pada kekhusukan ritual dan kekhusukan sosial. Waallahu alam bi murodihi. Blitar, 09 April 2023 pk. 07.20 WIB. (*)