Oleh Djoko Tetuko Abdul Latief (Ketua Dewan Kehormatan PWI Jatim)
Di Indonesia malam 17 Ramadan atau sholat Taraweh ke-17 dan hari-hari setelah itu, masih digunakan sebagai moment untuk penguatan ajaran Islam dengan mensyiarkan dan membumikan peringatan turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an). Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya pada Surat Al Baqarah ayat 185, (yang artinya) ;
“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu; dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.”
Memasuki hari-hari terakhir bulan suci Ramadan, dengan momen peringatan turunnya Al-Qur’an sebagai pendorong bahwa Al-Qur’an sebagai pembeda, petunjuk, cara mengagungkan ibadah, dan bersyukur. Menjadi petunjuk arah bahwa memasuki 10 hari terakhir Ramadan dan sebentar lagi bulan amat mulai dan penuh barokah akan berakhir. Maka tidak ada pilihan lain bagi hamba beriman, kecuali harus menjadi seperti Al-Qur’an, menuju suci di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan meningkatkan ibadah berebut malam Lailatul Qadar, meningkatkan dzikir dalan menyempurnakan ibadah puasa. Mencapai upaya mensucikan diri seperti kitab suci.
Mengapa manusia mensucikan diri seperti kitab suci Al-Qur’an? Karena bulan ini atas petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadits) bahwa ibadah pada bulan suci Ramadan ini turunnya rahmat, maghfiro (ampunan), dan pembebasan dari api neraka.
Sebagaimana diketahui Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kepada Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wassalam. Kitab ini terbagi ke dalam beberapa surat (114 surat) dan setiap surat terbagi ke dalam beberapa ayat.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an difirmankan langsung oleh Allah kepada Muhammad melalui Malaikat Jibril, berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau rata-rata selama 23 tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan,Ulama dan umat Islam menghormati Al-Qur’an sebagai sebuah mukjizat terbesar Nabi Muhammad, sebagai salah satu tanda dari kenabian, dan merupakan puncak dari seluruh pesan suci (wahyu) yang diturunkan oleh Allah sejak Nabi Adam hingga Muhammad. Kata “Quran” disebutkan sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur’an itu sendiri.
Menurut ahli sejarah beberapa sahabat Nabi memiliki tanggung jawab menuliskan kembali Kitab Suci melalui wahyu itu berdasarkan apa yang telah sahabat hafalkan. Setelah kematian Nabi Muhammad, para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu mereka. Penyusunan kembali al-Qur’an ini diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq atas usulan dari Umar bin Khattab dengan persetujuan para sahabat, disempurnakan Khalifah Usman bin Affan dan terus proses penyempurnaan termasuk kemudahan dalam membaca dengan ilmu tajwid.
Al-Qur’an menjelaskan sendiri bahwa isi dari Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk. Terkadang juga dapat berisi cerita mengenai kisah bersejarah, dan menekankan pentingnya moral. Al-Qur’an digunakan bersama dengan hadits untuk menentukan hukum Syari’ah dan yurispridensi Islam (fiqih). Saat melaksanakan sholat, Al-Qur’an dibaca hanya dalam bahasa Arab.
Bahkan pada tafsir Ibnu Katsir Allah SWT memuji bulan Ramadan di antara bulan-bulan lainnya, karena Dia telah memilihnya di antara semua bulan sebagai bulan yang diturunkan Al-Qur’an yang agung. Sebagaimana Allah mengkhususkan bulan Ramadan sebagai bulan diturunkan-Nya Al-Qur’an, sesungguhnya telah disebutkan oleh hadits bahwa pada bulan Ramadan pula kitab Allah lainnya diturunkan kepada para nabi Sebelum Nabi Muhammad SAW.
Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Imran Abul Awwam, dari Qatadah, dari Abul Falih, dari Wasilah (yakni Ibnul Asqa), bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Lembaran-lembaran Nabi Ibrahim diturunkan pada permulaan malam Ramadan dan kitab Taurat diturunkan pada tanggal enam Ramadan, dan kitab Injil diturunkan pada tanggal tiga belas Ramadan, sedangkan Al-Qur’an diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadan.
Telah diriwayatkan pula melalui hadits Jabir ibnu Abdullah yang di dalamnya disebutkan
bahwa kitab Zabur diturunkan pada tanggal dua belas Ramadan, dan kitab Injil diturunkan pada tanggal delapan belasnya.
Sedangkan kalimat selanjutnya sama dengan hadits di atas. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Murdawaih.
Adapun lembaran-lembaran atau suhuf, kitab Taurat, Zabur, dan Injil, masing-masing diturunkan kepada nabi yang bersangkutan secara sekaligus. Lain halnya dengan Al-Qur’an, yang diturunkan sekaligus hanya dari Baitul ‘Izzah ke langit dunia; hal ini terjadi pada bulan Ramadan, yaitu di malam Lailatul Qadar. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam penuh kemuliaan. (Surat Al-Qadar: 1)
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati. (Surat Ad-Dukhan: 3)