“Kalau mau memberikan takjil dan sebagainya, sebisanya jangan pakai plastik. Disuruh makan di situ (tempat), kemudian nanti (sampahnya) dikumpulkan biar tidak ke mana-mana,” katanya.
Menurutnya, langkah itu penting dilakukan sebagai bagian dari upaya gerakan tanpa kantong plastik. Termasuk pula menghindari pemakaian gelas atau botol minum kemasan plastik.
“Kalau bisa kita makan atau minum tidak pakai yang gelas atau botol plastik,” pesannya.
Tak hanya itu, mantan Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Kota Surabaya ini juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak membuang sisa makanan. Menurutnya, saat buka puasa, orang akan cenderung lebih banyak mengambil makanan yang justru kemudian tidak habis dimakan.
“Sebisa mungkin makan itu habis, tidak bagus dibuang, ini jadi sampah. Karena biasanya orang puasa kepinginnya semua dimakan. Kemudian ambil banyak, yang dimakan separuh, separuhnya dibuang, nah hindari hal-hal seperti itu,” tuturnya.
Hebi mengakui upaya untuk meminimalisasi sampah yang masuk ke TPA Benowo saat Ramadan tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh DLH Surabaya. Karena itu, sosialisasi dibutuhkan peran serta dari semua pihak mulai dari kecamatan, kelurahan hingga RT/RW.
“Harusnya yang sosialiasi jangan DLH saja, kelurahan, kecamatan RT/RW dan sebagainya. Untuk Perwali juga sudah kita sebarkan ke RT/RW, pelaku-pelaku usaha. Jadi kita bareng-bareng mengimbau seperti itu,” tandasnya. (*)