YOGYAKARTA (WartaTransparansi.com) – Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy blak-blakan tentang enam fase siklus pembangunan manusia dan kebudayaan.
“Pertama, fase prenatal dan ASI atau disebut juga 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan balita. Pada fase ini yang menjadi perhatian pemerintah adalah memastikan kecukupan gizi dan pola asuh bayi, Batita, dan Balita untuk mencegah gagal tumbuh (stunting),” kata Muhadjir dalam percakapan dengan kagama.co di Yogyakarta, belum lama ini.
Kedua, katanya, fase usia dini anak. Pemerintah telah menginisiasi program Pendidikan Anak Usia Dini- Holistik Integratif (PAUD-HI) yang memaksimalkan kemampuan kognitif anak (stimulasi psikologis, pola asuh yang tepat, pemberian makan yang tepat) termasuk pembiasaan pada nilai-nilai karakter yang baik.
Fase ketiga, menurut Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM) ini disebut wajib belajar atau fase investasi sekolah melalui wajib belajar 12 tahun dan penguatan pendidikan karakter. “Namun kita tahu, pencapaian wajib belajar 12 tahun ini masih terkendala dengan belum maksimalnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) seperti yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024 di mana APK SMP atau sederajat menjadi 95,43 persen tahun 2024 dan APK SMA 84,02 persen,” papar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada kabinet Jokowi jilid satu ini.
Fase keempat yaitu fase perguruan tinggi yang menargetkan peningkatan produktivitas dan daya saing SDM. Ini sangat dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 2030 mendatang.
“Untuk mencapai target dimaksud, berbagai strategi telah dilakukan pemerintah, di antaranya, meningkatkan angka partisipasi pendidikan tinggi, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan tinggi, menguatkan mutu dosen dan tenaga kependidikan, serta meningkatkan sinergitas antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI),” tegas mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.